Maulid Nabi SAW
Maulid Nabi SAW
Maulid Nabi SAW
Pengajian Rutin

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Kalamullah
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun." (Fathir: 28)

Sabda Nabi
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan Al Imam Al Albani)

Nasehat Salaf
"Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka." (Umar bin Abdul Aziz)
Rosulullah SAW Bersabda :"Barang siapa yang menyebut (berdzikir) kepada-Ku dalam kelompok yang besar (berjamaah), maka Aku (Allah) akan menyebut (membanggakan) nya dalam kelompok (malaikat) yang lebih besar (banyak) pula "(HR. Bukhari-Muslim)

Kisah Nabi Musa dan Nabi Harun

Nabi Musa dan Nabi Harun

Nabi Musa

(Berbicara langsung dengan Allah)

Ketika itu mesir dikuasai seorang Fir’aun yang sangat kejam. Fir’aun memerintah mesir dengan tangan besi. Lebih parah lagi, Fir’aun menganggap dirinya sebagai tuhan …
Rakyat, terutama Bani lsrail, ditindas. Sedikit kesalahan saja bisa berujung pada kema tian. mereka hidup dalam ketakutan. Tak ada rasa aman. Bani lsrail sangat menderita. mereka diperlakukan seperti budak.
menjelang kelahiran Musa, Fir’aun bermimpi. Dalam mimpi itu, Fir’ aun melihat negerinya mengalami kebakaran hebat Semua hangus dilalap si jago merah. Anehnya, orang-orang Bani lsrail tak ada yang mati.
Fir’aun kemudian menanyakan takwilnya kepada ahli nujum kerajaan. menurut ahli nujum, kekuasaan Fir aun akan hancur di tangan seorang Bani lsrail. mendengar itu, Fir’aun seperti kebakaran jenggot Fir’aun murka. Lni tidak boleh ter jadi. harus segera diambil tindakan.
maka, Fir’aun mengeluarkan suatu maklumat lsinya, setiap bayi laki-laki yang lahir dari keluarga Bani lsrail harus dibunuh. Fir’aun kemudian mengirim bala tentaranya ke segenap pelosok mesir. mereka ditugasi untuk mencari dan membunuh setiap bayi lakilaki da ri kalangan Bani lsrail.

Kelahiran di Tengah Kekhawatiran
Adalah ibu Musa bernama Yukabad. la seorang perempuan Bani lsrail. Ketika itu Yukabad sedang hamil tua.
Yukabad merasa tidak tenang. Hidupnya dibayang-bayangi ketakutan. Takut kalau-kalau yang lahir itu anak lakilaki. Sejak mendengar maklumat Fir’aun, ia jarang keluar rumah. Sebisa mungkin kehamilannya disembunyikan. Takut ketahuan tentara Fir’aun.
Suatu ketika Yukabad terlihat sedang duduk. Sepertinya ia sedang
menunggu seseorang. Wajahnya penuh kecemasan. Hatinya diliputi kegelisahan. Cukup lama ia termangu.
Yang ditunggu sudah datang. Ternyata, seorang bidan. Perut Yukabad sudah mulas-mulas. Tak lama tangis bayi terdengar. Senyum bahagia tersungging di bibir Yukabad. Bayinya lahir dengan selamat. Rasa sakit terobati. Perjuangannya tak sia-sia.
Kebahagiaan tak berlangsung lama.
Kini, Yukabad merasa waswas. Apa• yang ditakutkannya menjadi kenyataan. Ternyata, bayinya lak-laki. Rasa takut Yukabad terus bertambah. Bagaimana kalau bayinya dibunuh tentara Firtaun.
Bayi sudah berumur tiga bulan. Sedang lucu-lucunya. Kadang, Yukabad merasa terhibur. Bayinya memang menggemaskan. Namun, sering kali ia merasa cemas. Khawatir terjadi apa-apa dengan bayinya.
Bayi yang masih merah itu selalu disembunyikan. Namun, rasa waswas terus saja menghantui. Sampai akhirnya Yukabad mendapat petunjuk. Allah memberinya ilham supaya bayi itu dihanyutkan.
Bayi mungil dimasukkan ke dalam sebuah kotak. Kotak itu lalu dihanyutkan. Arus Sungai Nil menyeret kotak itu.
Kotak itu terapung-apung. Tatapan sang ibu turut mengantar. Yukabad hanya bisa bertawakal. Sepenuh hati berserah diri kepada Allah.
Di sepanjang tepi sungai seorang perempuan berlari-lari. matanya mengawasi sekeliling. Setelah dirasa aman ia terus mengikuti arus. Pandangannya tak terlepas dari kotak itu. Dia adalah maryam, anak Yukabad juga. Yukabad menyuruh maryam mengikuti kotak itu dari kejauhan.
Kotak itu terus melaju ke hilir. Di suatu tempat, maryam tersentak. Jantungnya berdegup kencang. Pasalnya, kotak itu berhenti di dekat istana Fir’aun. Lebih kaget lagi, kotak itu diambil istri Firtaun.
maryam mendekat. lngin tahu apa yang akan dilakukan istri Fir’aun. Hatinya lega. Ternyata, istri Firtaun sangat menyayangi bayi itu. la ingin mengurus baYi itu. Keinginannya disampaikan kepada Fir’ aun. Setelah didesak, akhirnya Fir’aun mengizinkan.
Bayi itu kemudian diberi nama Musa.
Kata Musa berarti air dan pohon (mu=air) Sa=pohon). Nama ini sesuai keadaan Musa. la ditemukan di antara pohon dan air.
Kebahagiaan maryam bertambah.
Ada peluang. lstri Firtaun mencari ibu susu. Berita bagus ini disampaikannya kepada sang ibu. Yukabad kegirangan. Bayinya selamat
Beberapa perempuan datang ke istana. mereka mencoba untuk menjadi ibu susu. Namun, tak seorang pun yang berhasil. Musa tetap enggan menetek.
lstri Firtaun bingung. Musa rewel. Tangisnya tak berhenti. Dalam keadaan itu, datanglah maryam. Kepada istri Firtaun ia menawarkan. Ada seorang ibu yang mau menyusui Musa.
Demikianlah kehendak Allah. Akhirnya, Yukabad diterima. la menjadi ibu susu bagi anaknya sendiri.
Setelah disapih, Musa dikembalikan lagi ke istana. Musa dirawat, dididik, dan dibesarkan layaknya anak raja. Diperlakukan dengan penuh hormat Di sana, Musa hidup enak. makan dan minum serbalezat lngin ini dan itu tinggal tunjuk.

Perkembangan Musa
Di dalam istana terlihat Firtaun duduk di atas singgasana. Firtaun merasa tenang. Tak ada lagi yang dikhawatirkan. Ancaman sudah dimusnahkan. Semua bayi laki-laki Bani lsrail sudah dibinasakan. Kekuasaannya aman. Tak akan ada yang mengganyang.
Namun, Allah berkehendak lain. Pada saatnya, kekuasaan Firtaun pasti berakhir. Tidak seorang dapat menolak. Termasuk Fir’aun sendiri. Sehebat apa pun kekuasaannya tak mungkin sanggup menolak kehendak Allah.
Fir’aun tidak sadar. Kehancurannya sudah di ambang pintu. Kekuasaannya akan tumbang. Justru oleh anak yang kini dibesarkan di lingkungan istananya. Kelak Musa akan memimpin Bani lsrail. Saat itulah kekuasaan Firtaun berakhir.

Kabur Meninggalkan Mesir
Yukabad merasa tenang. Musa hidup senang. Hidup di lingkungan istana memang serbawah. Musa akrab dengan segala kebiasaan istana. meskipun begitu, tidak semua kebiasaan istana dilakukannya. Musa tahu mana yang baik dan mana yang buruk.
Setelah dewasa, Allah memberi Musa hikmah dan pengetahuan. Musa dipersiapkan untuk mengemban tugas kenabian. Sejak kecil, Musa sangat sopan.
Tutur katanya sangat santun. Wawasannya luas. Kecerdasannya sangat menonjol. Selain itu, Musa juga memiliki tubuh yang tegap dan kuat
meskipun di lingkungan istana, Musa tidak aji mumpung. Musa sadar, ia bukan anak Fir’aun. Di dalam tubuhnya, tak mengalir darah Fir’aun. la hanya anak pungut la adalah keturunan Bani lsrail. Bangsa yang kini ditindas oleh ayah angkamya.
Sadar akan semua itu, Musa punya satu tekad. Bani lsrail harus dibebaskan. Tak boleh ada lagi penindasan. la sendiri yang harus membela bangsanya.
Suatu peristiwa terjadi. Ketika itu, Musa sedang berjalan- jalan. Panas matahari begitu menyengat Kota agak sepi. Semua orang sedang tidur siang. Musa lewat di sebuah gang.
Tiba-tiba, telinganya mendengar suara ribut-ribut Spontan matanya melihat ke samping. Ternyata ada dua orang yang sedang bertengkar. Seorang dari Bani lsrail dan seorang lagi berasal dari kaum Fir’aun, yaitu bangsa Qibthi.
mereka beradu mulut Saling maki dan saling hina. Perang mulut itu berbuntut perkelahian. Orang Bani lsrail terdesak. la menjadi bulan-bulanan pukulan. maklum, lawannya bertubuh besar dan kekar.
Musa mendengar teriakan. Ternyata, orang Bani lsrail itu meminta bantuan. Serta-merta Musa mendekat.
Tadinya Musa bermaksud melerai. Tapi, orang Qibthi malah marah. la balik menyerang Musa. Pukulannya berhasil dihindarkan.
Orang Qibthi itu makin kalap. Pukulannya datang bertubi-tubi. Dalam keadaan terpepet, Musa membalas Serangan. Dan buk … !Orang Qibthi itu terjengkang. T ubuhnya terkapar dan menggelepar-gelepar. Sampai akhirnya tak bernapas lagi.
Musa terkejut. Tak disangka pukulannya sangat telak. Nyawa orang Qibthi itu melayang. meskipun tidak disengaja, Musa tetap merasa bersalah. Segera saja Musa memohon ampunan kepada Allah.
Tak lama kemudian, orang-orang berkerumun. Ada orang mati terkapar.
Ternyata, Fatun. Penduduk mesir heboh. masalahnya Fatun itu orang Qibthi.
Dari mulut ke mulut kematian Fatun tersebar. Berita itu sampai ke telinga para penguasa kerajaan. mereka juga tahu kalau pelakunya ialah orang Bani lsrail. Akan tetapi, mereka belum tahu nama si pelaku.
Pelaku harus ditangkap! Jatuhi hukuman yang berat! kata para penguasa itu.
Tentara disebar. mereka mencari Si pelaku. Seluruh pelosok kota didatangi. Keadaan kota agak mencekam. Tak urung Musa juga merasa waswas. Takut ketahuan.
Musa bertindak sangat hati-hati.
Tentara Fir’aun tak boleh ada yang tahu. Jika ketahuan, ia pasti dihukum mati. Rahasia ini harus dijaga. Jangan sampai bocor. Apalagi, diketahui oleh orang-orang Fir’aun.
Musa berusaha menghindar. Tak mau berpapasan dengan orang-orang Fir’aun. Namun, tanpa sengaja Musa bertemu lagi dengan orang Bani lsrail yang pernah ditolongnya. Kali ini, ia juga sedang berkelahi.
melihat Musa, orang Bani lsrail itu berteriak.la meminta tolong. Musa datang menghampiri. Kali ini untuk menegur orang itu agar jangan sok jagoan.
“Kamu ini sudah sesat! bentak Musa. Orang itu terkejut Lalu, mundur ke belakang. Dikiranya Musa akan menyerang.
“Kemarin, kau membunuh Fatun. Sekarang, kau hendak membunuhku! Justru kau yang mau jadi jagoan!” bentaknya.
Teriakan orang itu begitu jelas terdengar. Beberapa orang segera menemui para penguasa. mereka melaporkan kejadian itu kepada para penguasa.
mendapat laporan, para penguasa itu segera berunding. hasil rundingan memutuskan supaya Musa ditangkap. Musa harus dihukum setimpal dengan kesalahannya.
Saat itulah seseorang datang. Langkahnya terburu-buru. Orang yang bernama Khizgi ini bermaksud memberi tahu Musa. Rencana penangkapan itu tidak boleh terjadi. Khizgi kemudian menyarankan agar Musa meninggalkan mesir.
Musa sangat berterima kasih. Jauh-jauh sahabamya datang untuk menyelamatkan. Tanpa menunda-nunda waktu, Musa berangkat la harus buru-buru meninggalkan mesir. Jika tidak, gerbang kota akan ditutup dan tentara Fir aun akan menangkapnya.

Bertemu Jodoh
Musa berdoa agar Allah menyelamatkannya. Musa berangkat seorang diri. Langkahnya sangat hati-hati. matanya awas menatap sekitar. Bagaimanapun Musa sangat sedih. Sedih harus meninggalkan kota mesir.
Lama Musa ber jalan. Tak terasa sudah delapan hari delapan malam. Sangat
berat Apalagi, ia berjalan tanpa alas kaki. Telapak kakinya terasa perih. Kulit kakinya melepuh.
Sampailah Musa di kota madyan.
Kota yang dihuni Nabi Syu’aib ini terletak di selatan Palestina. Sesaat, Musa beristirahat la berteduh di bawah sebuah pohon yang rindang. T erasa nikmat Rasa lelah dan penat berkurang.
Musa termenung. Begitu cepat nasibnya berubah. Dari seorang anggota keluarga istana, menjadi buronan. Tak tahu ke mana harus pergi. Tak ada yang bisa didatangi. Di negeri orang tak punya handai tolan.
Tiba-tiba, matanya tertuju ke arah geromholan kambing. Di sebuah tempat para penggembala berdesak-desakan. merekamengelilingi sebuah perigi. masing-masing berebut ingin mendapatkan air untuk ternakannya.
Tak jauh dari perigi, dua orang gadis menunggu. Dari tadi belum kebagian giliran; Kasihan. Lama mereka berdiri. Semen tara, kambing-kambingnya ribut terus.
Terbetik rasa kasihan dalam hati. Musa datang menghampiri.
“maaf, kalau boleh tahu, nona-nona lagi apa?”
“Kami mau mengambil air. Ternak ternak kami perlu minum.”
“Terus nona-nona hanya menunggur “Di sana, masih banyak kaum pria.
Kami bisa berdesak-desakan dengan mereka. Kami baru bisa mengambil air setelah mereka selesai.”
“Ayah at au kakak laki-laki kalian ke manar
“ Ayah sudah tua. Sudah nggak bisa apa-apa. Juga kami nggak punya saudara laki-laki. Jadi, kami sendiri yang harus melakukan pekerjaan ini.”
T anpa pikir panjang, Musa mengambil timba. Musa pergi ke perigi. Setelah berdesak-desakan, akhirnya musa kembali.
Tentu dengan membawa air yang diperlukan.
Kedua gadis bisa pulang lebih awal. mereka tidak perlu menunggu. Juga tidak perlu berdesak-desakkan. Kambing-kambing kemudian digiring. mereka pulang dengan hati senang.
Sang ayah kaget Tak biasa kedua putrinya pulang lebih awal. Ada apa gerangan?
Kedua gadis itu bercerita. Bagaimana mereka dibantu oleh seseorang pemuda.
Si pemuda sangat tulus. la menolong tanpa pamrih. ltu sebabnya, mereka bisa cepat pulang. Syu’aib serius mendengarkan penuturan kedua putrinya. Hatinya tertarik. la ingin berkenalan dengan sang pemuda Ya sekaligus mengucapkan terima kasih kepadanya.
Syulaib kemudian menyuruh salah seorang putrinya. la bermaksud mengundang musa ke rumahnya.
Putri Syu’aib pergi. Sementara itu, musa masih berada di tempat yang sama. Duduk melamun. Perutya keroncongan. Sudah lama belum terisi sesuap makanan. Dalam hati, Musa berdoa.
“Ya Allah, tolonglah hamba. Hamba perlu barang sesuap makanan.” Lamunan Musa buyar. Di hadapan-nya telah berdiri seseorang. Tak salah lagi, itu gadis yang tadi ditolongnya.
“Ehm, maaf, Tuan. Ayah mengundang Tuan. Ayah ingin berkenalan dengan
Tuan. Jika berkenan, sudilah T uan datang ke gubuk kami,,, kata si gadis dengan wajah tersipu- sipu.
Di rantau tak kenal orang. Kini ada undangan. Secercah harapan muncul. Musa senang. Tanpa berbasa-basi, musa mengiyakan.
Musa berjalan. la mengekor di belakang si gadis. Sampai di rumah, Musa disambut ramah.

Dalam suatu obrolan, Musa bercerita. Panjang lebar Musa menuturkan berbagai peristiwa yang ter jadi. Bahwa ia seorang buronan.la terpaksa lari dari mesir. Sebab tentara Fir’aun terus mencarinya .
“Engkau selamat Tentu berkat
rahmat Allah. Di sini aman. Engkau bisa tinggal di rumah kami dengan tenang.
Tentara Fir’aun tak akan mencari ke sini.”
Musa diperlakukan seperti keluarga sendiri. mereka kagum dengan sifat-sifat Musa. Perilakunya menawan hati. Selain itu, ia juga cerdas, tegas, dan berani. Keluarga Syu’aib sangat menghormati Musa.
“Ayah, ajak saja musa tinggal di sini.
Kita, kan, butuh orang untuk mengurus peternakan. Kiranya, Musa orang yang tepat. Selain kuat, musa juga berakhlak.” Suatu hari salah seorang putri Syu’aib menyampaikan usul kepada sang ayah.
Usul diterima. Syu’aib setuju. Sebenarnya, ia juga sudah punya rencana ke arah sana. Hanya menunggu saat yang tepat Pada waktunya, ia akan mengutarakan hal itu kepada Musa.
“Musa, kami sangat suka kepadamu.
Kau santun, jujur, dan pekerja keras. Kami senang,” kata Syu’aib.
“Terima kasih,” jawab Musa singkat “Begini,” kata Syu’aib dengan nada serius, “ada hal penting yang ingin kusampaikan “
“maksud Bapak?”
“Kau,kan,tahu,aku sudah tua.Putri-putriku sudah dewasa. Aku ingin mengambil kau sebagai menantu.”
De9! Jantung Musa berdegup kencang.
Hatinya senang. Ducuk dicinta ulam pun tiba. Namun, Musa hanya diam.
“Aku bermaksud menikahkan kau dengan salah seorang putriku,” lanjut Syu’aib.
“Tapi, saya nggak punya apa-apa. Di sini pun saya hanya menumpang. Saya nggak punya biaya untuk maskawin.”
“ltu bisa diatur. Sebagai maskawin, kau bekerja untuk kami selama delapan tahun. Kau urus peternakan kami. T api, jika kau genapkan jadi sepuluh tahun, itu lebih baik. Aku akan sangat berterima kasih kepada kau.”
Benar-benar berkah. Sudah ikut numpang, kini ditawari jadi menantu. “Saya yang seharusnya berterima kasih. mudah-mudahan saya tidak mengecewakan Bapak. Syarat Bapak saya terima.
Delapan tahun sudah lewat Syarat sudah terpenuhi. Tapi, Musa tahu berterima kasih. Dengan sukarela, ia tambah lagi dua tahun. Sehingga genaplah sepuluh tahun ia bekerja untuk keluarga Syu’aib.
Selanjumya, Musa dinikahkan dengan Shafura. Syu’aib menghdaiahkan mereka beberapa ekor kambing. Kambing-kambing ini cukup untuk dijaaikan bekal menempuh hidup baru sebagai suami istri.

Kembali ke Mesir
Tak terasa sepuluh tahun lebih telah berlalu. Selama itu pula Musa meninggalkan mesir. Cukup lama Musa memendam rindu akan kampung halamannya. Ada keinginan untuk pulang.
Bagaimanapun dulu Musa tinggal di lingkungan istana. Banyak kenangan di sana meskipun tak selalu yang indahindah. Bergelimang kemewahan. Diperlakukan bak anak raja.
Tapi, ada satu hal yang membuatnya ingin pulang. Bani lsrail.la harus menyelamatkan mereka. Bani lsrail harus dibebaskan dari penindasan Fir’aun.
Musa dan istrinya berkemas-kemas. mereka mempersiapkan barang-barang yang diperlukan. Setelah berpamitan, mereka berangkat menuju mesir. Sengaja Musa menempuh jalan yang tak biasa.
Takut ketahuan tentara Fir’aun.
Perjalanan cukup sulit dan melelahkan. Sulit karena mereka harus melewati jalan- jalan alternatif. maka, tak mengherankan ketika sampai di Bukit Sinai, mereka tersesat. T k tahu jalan yang harus ditempuh. Sementara, keadaan semakin gelap dan dingin.
Saat kebingungan itulah terlihaUah cahaya di lereng bukit. Ada harapan. Musa bisa bertanya kepada Si pemilik api. Atau paling tidak, ia bisa meminta api.
“lstriku, tunggulah di sini. Abang mau ke sana. Abang melihat api. Siapa tahu Abang bisa mendapatkan informasi. Ya, paling tidak membawa api. Kita bisa bikin api unggun. Jangan ke mana-mana. Abang segera kembali.”
Tiba di tempat, Musa tersentak. la kaget mendengar suara. Ada seruan terdengar dari arah sebuah pohon. Pohon itu terletak di pinggir lembah.
“Hai, Musa, Aku ini Tuhanmu. Tanggalkanlah terompahmu. Kau berada di Lembah Suci Thuwa. Aku telah memilih kau. Dengarkan apa yang akan Kuwahyukan. Sesungguhnya, Aku adalah Allah. Tak ada tuhan, melainkan Aku.
Oleh karena itu, beribadahlah kepadaKu. Dirikan shalat untuk mengingatKu.”
Demikian, Musa menerima wahyu.
Hahyu ini juga sekaligus menegaskan kenabiannya. Seorang nabi yang istimewa. Sebab Musa mendapat kesempat an berbicara langsung dengan Allah.
“Apa yang ada di tangan kanan kau, hai, Musaf!”tanya Allah.
lni tongkat hamba. Tongkat ini sangat penting bagi hamba. Tongkat ini kadang digunakan untuk memukul dedaunan. Dedaunan itu menjadi makanan kambing-kambing hamba. Dan masih ada lagi manfaat lainnya.
Kemudian, Allah menyuruh Musa meletakkan tongkat itu di atas tanah. Tiba-tiba, tongkat itu berubah menjadi seekor ular. Ular yang sangat besar. Ular itu merayap dengan cepat. Musa pun lari terbirit-birit.
Pegang ular itu. Jangan takut. Akan Kukembalikan kepada keadaan semula, kata Allah.
Dan setelah ditangkap, ular itu kembali menjaai tongkat. Selanjutnya, Allah menyuruh Musa mengepitkan tangan ke ketiak. Serta-merta tangan Musa menjadi putih terang tanpa cacat.

Berdakwah kepada Fir’ aun
Musa kemudian mendapat tugas berat Harus datang kepada Fir’aun. ia harus mengajak Fir’aun beriman kepada Allah. Hanya Allah yang berhak disembah. Selain-Nya, termasuk Fir’aun sendiri, tidak layak disembah. Allah satusatunya Khalik (Pencipta). Seiain-Nya adalah makhluk (yang diciptakan).
Musa melanjutkan perjalanan. Semakin lama semakin jauh meninggalkan madyan. Tekadnya semakin kuat Jika sebelumnya musa pergi ke mesir karena didorong rindu. Sekarang lain, musa datang ke mesir untuk berdakwah.
Jika sebelumnya Musa selalu dihantui rasa takut Takut akan pembalasan orang-orang Qibthi. Takut ditangkap tentara Fir’aun. Kini, musa senantiasa tenang. ia merasa berada di jalan yang benar. Tak ada yang perlu ditakuti.
Apa pun akan dihadapi. Termasuk kekejaman Fir’aun. Tekadnya hanya satu, menyampaikan risalah Allah. Namun, masih ada sedikit ganjalan. Musa membutuhkan pendamping. musa memohon agar Allah mengangkat saudaranya, Harun, sebagai pembantunya.
Permohonan dikabulkan. Harun diangkat menjadi nabi. Tugasnya mendampingi dan membantu Musa dalam berdakwah.
Musa sangat bersyukur. Kini, tidak sendirian. Ada kawan seperti juangan. Seorang kawan yang juga masih saudaranya. Selain itu, Harun juga memiliki suatu kelebihan. Harun sangat fasih berbicara. Kata-katanya 5angat runtut dan jelas. Kemampuannya dalam berdebat bisa diandalkan.
Atas petunjuk Allah, Harun menemui Musa. Keduanya lalu berangkat ke mesir. Bersama-sama mereka menuju ke istana Fir’aun.
“Kalian,” kata A”ah, “jangan takut Aku beserta kalian. Aku mendengar dan melihat Aku mengetahui segala hal. Ajaklah Fir’aun beriman. Berdakwahlah dengan bijak. Bujukan lebih baik daripada kekerasan. Siapa tahu Fir’ aun menjadi sadar.”

Dialog Musa dengan Fir’aun
Setelah berusaha, akhirnya musa dan Harun mendapat izin. mereka diperkenankan menemui Fir’aun. memang tidak mudah. Banyak aturan untuk bisa menghadap Fir’aun. Pengawalan begitu ketat Tak sembarang orang bisa menghadap.
Pada hari yang disepakati, Musa dan Harun datang. Di dalam istana, Fir’aun dan sejumlah pembantunya telah menunggu. mereka penasaran. lngin tahu apa yang akan dilakukan Musa.
“Siapa kalian ini?” tanya Fir’aun.
“Aku Musa. Dan ini temanku, Harun.
Kami ini rasul Allah. Kami diutus untuk mengajak engkau beriman. Kami juga diutus untuk membebaskan Bani lsrail’
“Sungguhkah kau ini Musa?” Fir’aun mengernyitkan kening. matanya menatap tajam. Seakan tak percaya dengan pengakuan Musa.
“Benar, aku adalah Musa.”
“Hai, Musa, mungkin kau sudah lupa akan kebaikan kami. Dulu, kau hidup di istana. Kau diasuh oleh kami. Kau dididik hingga jadi pandai. Tapi, kemudian kau melakukan kesalahan besar. Kau membunuh orang Gibthi.”
“memang benar. Tapi, aku membunuh orang Qibthi itu tanpa sengaja. Engkau juga harus ingat. Aku berada di istana karena kekejaman engkau. Bayi-bayi lelaki Bani lsrail engkau bunuh. Aku beruntung bisa selamat. Bahkan, bisa tinggal Di istana
“Lalu, apa maksud kedatangan kau kemari?”
“Kami ini rasul Allah. Tugas kami berdakwah. Kami mengajak engkau untuk beriman kepada Allah. Sembahlah Dia. Dan jangan lupa, bebaskan Bani lsrail.”
“Siapakah Allah itu? Adakah tuhan lain selain aku? Tidak. Hanya aku yang disembahf” Fir’aun mulai berang. Baru kali ini, ada orang yang berani macammacam.
“Allah adalah Tuhanku, Tuhan engkau, Tuhan leluhur engkau, Tuhan semesta alam.”
“maksud Tuhan semesta alam?” “Allah adalah Tuhan langit dan bumi serta segala yang di antara keduanya.”
“Lalu, bagaimana dengan orangorang terdahulu? mereka tidak beriman kepada Allah. mereka itu para penyembah berhala.”
“Hanya Allah yang tahu. Boleh jadi Allah menimpakan azab lantaran kesombongan mereka. Boleh jadi pula Allah menangguhkan azab sampai hari kiamat. Semua itu terserah pada kehendakNya.”
Fir’aun bungkam. Kata-kata Musa tak terbantahkan. Jelas, lugas, dan gamblang. Musa tidak rikuh berhadapan dengan Fir’ aun.
Hai, Musa, sungguh be rani kau. Perkataanmu sangat lancang. Kau mengatakan ada tuhan selain aku. Jangan macam-macamr Bisa-bisa kau kujebloskan ke adlam penjara.
“memenjarakanku?” Hai, Fir’aun,
aku ini “tidak asal bicara. Aku bisa menunjukkan bukti”.
“Kalau begitu, tunjukkan. Aku ingin tahu sejauh mana kebenaran seruan kau. Atau jangan – jangan kau ini seorang pembohong. “

Dua Mukjizat
Musa bersiap-siap. Bukti” akan segera adtunjukkan. Kemudian, tongkat diletakkan. tiba-tiba, terjadi hal yang menakjubkan. Tongkat berubah jadi ular. Sangat besar. Ular besar itu merayap ke arah Fir’aun.
Sontak Fir’aun lari terkentut-kentut Nyalinya ciut Hanya kecut Ternyata, Fir’aun yang sangat berkuasa itu takut Hai, Musa, tolong suruh kembali
Musa kemudian memegang ular itu.
Seketika ular itu berubah ke wujua aslinya. Sebuah tongkat kini telah aipegang oleh Musa.
Fir’ aun balik lagi. Kembali duduk ai singgasana. Keheranan masih mengganggu pikirannya. Tapi, ia berusaha menenangkan diri. Hebat juga. masih ada bukti lain?” kata Fir’aun menantang.
Musa tak menjawab dengan katakata. Segera saja ia menggepitkan tangan di ketiak. Dan huuup …. Tangan dicabut Aneh bin ajaib. Kedua tangan Musa mengeluarkan cahaya putih yang sangat terang. mata Fir’aun pun silau dibuatnya. Semua yang hadir merasa takjub.
Bukan Fir’aun kalau takluk begitu saja. Fir’aun “ tak menyerah. masa ia harus tunduk kepada bekas anak pungutnya. Apalagi, di depan para pengikutnya.
Alih-alih beriman, Fir’aun malah takut kehilangan pengaruh. Bukan “tidak mungkin para pengikutnya banyak yang terpengaruh. maka, buru-buru ia memberi penjelasan.
“ltu sihir. Kalian jangan teperdaya. Musa dan Harun adalah ahli sihir. Sihir mereka cukup hebat mereka ingin menguasai mesir dengan kekuatan sihir.”
“Musa dan Harun tak dapat dibiarkan. Kekuatan mereka harus segera dipatahkan. maka, rapat darurat Segera diadakan. Fir’aun meminta masukan. Penasihat utama, Haman, memberi
saran. Sihir Musa dan Harun harus dilawan. Sihir mesti dilawan dengan sihir”
Fir’aun bertindak cepat. Para ahli sihir dikumpulkan. Mereka didatangkan untuk melawan Musa dan Harun.
Kemudian, Fir’aun menantang Musa dan Harun. Adu kekuatan sihir. Tanpa ragu, tantangan itu diterima. Musa dan Harun siap bertarung. Mereka yakin akan pertolongan Allah. Pokoknya, pasti menang. Sebab sihir tak mungkin mengalahkan mukjizat. Sehebat apa pun sihir itu.
Hari pertarungan ditetapkan. Bertepatan dengan hari raya kerajaan. Para Pihak sepakat untuk bertanding. Menentukan siapa Pihak yang paling kuat.
Hari yang dinantikan pun tiba. Masyarakat berduyun-duyun. Mereka merasa penasaran. tngin menyaksikan perta rungan heba . Dan ini sangat langka. Sebab selama ini tak seorang pun berani melawan Fir’aun.
Para ahli sihir Fir’aun sudah berada di tempat.mereka adalah para tukang sihir yang paling mahir di Mesir. Masingmasing membawa tongkat, tali, dan perlengkapan sihir lainnya.
Para penyihir itu tampak bersemangat. Hadiah besar sudah di depan mata. Lawan hanya dua orang. Sedangkan, mereka ber jumlah banyak. Mereka yakin menang.
Kedua belah Pihak sudah siap. Pert- andingan segera dimulai. Kemudian, Musa mempersilakan lawan-lawannya untuk memulai. Segeralah para ahli sihir itu mempertontonkan aksinya. Serempak mereka melemparkan tongkat dan tali ke arah Musa dan Harun.
Tiba-tiba, tongkat dan tali itu beralih rupa. Semuanya berubah menjadi ular.
Tak urung Musa pun merasa gentar. Ada sedikit rasa takut. Lebih-lebih ketika melihat seakan ular-ular itu merayap cepat ke arah mereka. Di saat kritis itulah Allah menyampaikan firman-Nya kepada Musa.
“Tidak usah takut. Kau akan mengungguli mereka. Kau pasti menang. Nah, sekarang lemparkan tongkat itu”
Tongkat Musa berubah menjadi ular besar. Sangat besar. Jauh lebih besar ketimbang ular-ular para tukang sihir. Ular Musa menelan ular-ular itu. Dalam tempo sekejap, ular-ular bohongan itu lenyap.
Para ahli sihir itu terpana. Mereka hanya melongo. Takjub melihat ular besar menelan ular-ular mereka. Mereka pun tersadar. Sungguh itu bukan sihir. ltu ular sungguhan. mereka bisa membedakan mana yang sungguhan dan yang bohongan. Alhasil, Musa dan Harun unggul.
Para ahli sihir itu takluk. mereka menyerah kalah. Tanpa ragu mereka menyungkur sujud. Pertandingan pun usai sudah.
“ltu bukan sihir. ltu mUkjizat. Bukti kebenaran Musa aan Harun. mereka benar-benar rasul Allah. Kami beriman kepaaa Tuhan mereka. Apa yang baru kami lihat merupakan bukti kuat. Tak aaa asalan untuk menolak.” Para ahli sihir itu mengakui kebenaran Musa aan Harun.
Fir’aun terhenyak. Tak disangka pertandingan berakhir seperti itu. Bukannya menang, para ahli sihir itu malah beriman.
merah padam wajah Fir’aun. matanya melotot. la sangat geram kepada para ahli sihir itu. Tak bisa diandalkan. masa baru begitu saja sudah menyerah. mestinya mereka terus melawan. lni malah beriman.
“Apar Kalian beriman? Lancang Sekali. Beraninya kalian beriman sebelum kuberi izin. lni persekongkolan. Kalian mau menggulingkan kekuasaanku. Aku tidak akan tinggal diam. Pengkhianat kalian akan mendapat balasan setimpal. Aku akan memotong tangan dan kaki kalian. Lalu, kalian akan kusalib.”
Gertakan Fir’aun dianggap angin lalu.
Para ahli sihir itu tak menanggapinya. mereka cuek-cuek saja. mereka sudah yakin. Cahaya iman sudah menerangi hati mereka. Apa pun akan dihadapi) termasuk Fir’aun. Sedikit pun mereka tak merasa gentar.
“Kami yakin. Musa dan Harun daalah rasul Allah. Bukti mereka sangat jelas.
Tak terbantahkan. Kami tahu mana yang sihir dan mana yang bukan. Apa yang dilakukan Musa itu bukan sihir,” jawab para ahli sihir itu sengit.
Fir’aun kian geram. Jawaban mereka benar-benar membuatnya marah.
“Bedebah, kalian!”
“Kami tidak takut. Kami akan tetap mengikuti Musa. Sekarang, terserah kepada engkau. Silakan putuskan apa yang ingin engkau putuskan. Hukuman engkau hanya sementara di dunia. Sedangkan, pahala Allah langgeng di akhirat. “

Pembantaian Besar-Besaran
Musa menang. Kekalahan para ahli sihir itu membuatnya terkenal. Musa jadi bahan perbincangan. Pengaruhnya kian meluas.
Sementara itu, Fir’aun semakin kalap. la merasa diinjak-injak oleh anak kemarin sore. Bahkan, penga ruhnya mUlai melorot Kini, banyak yang tak percaya kalau ia tuhan.
Khawatir kekuasaannya akan tumbang, Fir’aun cepat bertindak. Pengaruh Musa harus dibendung. Para pembantu Fir’aun turut memanas-manasi.
“paduka harus bertindak. Jangan biarkan pengaruh Musa semakin meluas. harus segera dihentikan. Jika tidak, Paduka akan tersingkir. Lihat saja rakyat sudah banyak yang terpengaruh.”
“Tidak, kekuasaanku tidak akan tumbang Aku punya rencana besar.”
”Apa gerangan rencana Paduka
“Aku akan menghancurkan Bani lsrail. Kaum lelaki Bani lsrail akan kubunuhi. Sedangkan, kaum wanitanya akan kubiarkan hidup.”
Rencana dijalankan. Tentara Fir’aun mulai beraksi. Mereka membunuhi setiap kaum lelaki Bani lsrail. Kekejaman semakin meningkat Bani 1srail semakin menderita.
Bani lsrail tak berdaya. Pembantaian ter jadi di mana -mana. Pembunuhan menjadi pemandangan sehari-hari. Tak tahan dengan semua itu, beberapa orang Bani lsrail menghadap Musa. Mereka memelas. Memohon pertolongan.
Musa tak bisa berbuat banyak.Musa hanya bisa menghibur. Bahwa pada saatnya nanti Bani lsrail akan dibebaskan.Mereka akan terlepas dari segala penderitaan. Untuk itu mereka harus bersabar. Dan jangan lupa terus berdoa. Mudah-mudahan Allah segera memberi pertolongan.
Rencana Pembunuhan
Rencana Fir’aun gagal. Aksi tentara Fir’aun tak membuahkan hasil. Dakwah Musa terus meluas. Para pengikut Musa malah bersemangat Gerakan mereka tak terbendung lagi.
Maka, mau tak mau, Musa yang harus disingkirkan. Musa harus dibunuh. Berkatalah Fir’aun kepada para pembantunya.
”Aku akan membunuh Musa. Biarlah ia memohon kepada Tuhannya. Bisakah Dia melindunginya. Aku ingin tahu sejauh mana kekuasaan Tuhannya.”
Para pembantu Firtaun hanya mengangguk. Mereka mengiyakan saja apa yang diomongkan Fir’aun.
“ Aku sangat berkuasa, lanjut Fir’aun Kerajaanku sangat besar. Rak yatku hidup makmur. Aku lebih hebat ketimbang Musa, bahkan ketimbang
Tuhan Musa. Kalau benar Musa itu utusan Tuhan, mana tandanya. mestinya Musa mengenakan mahkota emas. Atau ada malaikat-malaikat yang menjadi pengiringnya.
Kesombongan Fir’ aun memang kelewat batas. Kekejamannya sudah tak terperikan. Lagi Musa ingin memberi pelajaran. Barangkali Fir’aun masih bisa diharapkan sadar.
Kemudian, Musa berdoa, “Tuhan,’ Engkau telah memberi Fir’aun dan para pengikutnya kekayaan dan kesenangan. Namun, mereka tak jua bersyukur. mereka bahkan menyesatkan banyak orang. Tuhan, berilah mereka pelajaran. Binasakanlah kekayaan mereka.”
Doa Musa dikabulkan. mula-mula, hujan tiada turun. Sungai Nil mengering. Tanah retak-retak. Sawah dan ladang meranggas. Belum lagi, serbuan hama ganas. Panen banyak yang gagal. Akibatnya, makanan susah didapat.
Belum juga kekeringan berakhir, datang bencana yang lain. Kali ini, hujan deras terus-terusan. Banjir di
Mana-mana. Rumah-rumah terendam.
Ternak banyak yang hanyut. Selebihnya, bermacam wabah penyakit mulai menyerang.
Tak lama kemudian, negeri mesir diserbu kutu dan katak. Rumah-rumah penduduk tak luput dari gangguan kutu dan katak hidup mereka tak lagi tenteram. Sudah makan susah didapat, yang ada pun menjadi jijik. Kutu dan katak menghilangkan selera makan mereka.
Fir’aun tak berkutik. Bencana-bencana itu di luar kekuasaannya. la tak bisa menghentikan. Akhirnya, sejumlah utusan Fir’aun datang kepada Musa. mereka memohon pertolongan kepadanya.
Musa diminta berdoa supaya Allah menghilangkan semua petaka itu. Sebagai ungkapan terima kasih, mereka ber janji akan beriman. mereka akan melepaskan Bani lsrail.
Bencana pun berakhir. Namun, janji tinggal janji. Orang-orang kafir itu tetap ingkar. mereka masih saja membangkang. Lupa kalau Musa yang telah menolong mereka.

Bani Israil Meninggalkan Mesir
Bani lsrail semakin sadar. Musa benar-benar utusan Tuhan.Musa akan menyelamatkan mereka dari segala penindasan Firr aun. maka, kemudian Bani lsrail datang kepada Musa. Musa diminta untuk membawa mereka keluar dari mesir.
Di bawah pimpinan Musa, rombongan Bani lsrail berangkat mereka meninggalkan mesir. Tujuan mereka ialah ke Baitul maqdis. Rombongan berjalan kaki. Langkah mereka sangat cepat mereka takut tertangkap. Sebab Fir’aun dan bala- tentaranya tengah mengejar.
Fajar telah menyingsing. Akhirnya, rombongan sampai di Laut merah. mereka sangat lelah. Semalam tiada henti berjalan. menyusuri padang pasir yang luas membentang.
Bani lsrail mulai khawatir. pasalnya, di hadapan mereka laut luas membentang.
Tak mungkin per jalanan dilanjutkan. Balik lagi juga sangat berisiko. Tentara Fir’aun tak jauh di belakang .
maju kena mundur kena. Kali ini mereka pasti mati. Keadaan mereka sudah terjepit Perjalanan tak mungkin diteruskan. Akan tetapi, kembali ke mesir juga bukan pilihan yang tepat
Keadaan bertambah gawat Tentara Fir’aun semakin dekat Tak ada yang bisa diperbuat melihat keadaan itu seorang sahabat Musa, Yusha bin Nun, menyampaikan kekhawatiran.
“Musa, apa yang harus kita lakukan? musuh bertambah dekat Sementara di hadapan kita laut membentang. Tak mungkin menyeberang. Kita tak punya perahu. Bagaimana ini?”
“Tenang, kalian harus tenang. Jangan takut perjalanan ini atas perintah Allah.
Tak mungkin Dia menelantarkan kita. Pasti ada jalan keluar.”
“Iya, tapi kapan? Tuh, lihat musuh sedang menuju kemari,” kata se.eorang dengan nada cemas.
Keadaan .emakin genting. Para pengikut Musa semakin ketakutan. hati mereka berdebar-debar. Hanya Musa yang tenang. Sebab yakin pertolongan Allah pasti datang.
Benarlah. Tak lama berselang, wahyu turun. Allah memerinthkan Musa supaya memukulkan tongkatnya ke laut maka, byaaar! Tongkat menghantam laut Seketika laut terbelah. Dasar laut terlihat Kini, jalan terbentang. Tanpa pikir panjang, Bani lsrail segera saja menyeberang.
Hati orang-orang Bani lsrail itu lega.
Namun, kecemasan belum hilang. Di belakang, tentara Fir’aun hampir sampai di tepi laut Tak lama lagi mereka juga akan menyeberang.
Kecemasan kembali menyergap. Denyut jantung semakin kencang. Sesekali mereka memandang ke belakang. Tentara Fir’aun terus mengejar. Berkali-kali, mereka menatap Musa. Sedikit pun Musa tak terlihat cemas. mereka coba menebak-nebak. Apa yang akan dilakukan Musa?
Sejenak Fir’aun berdiri di tepi laut matanya menatap jauh ke depan. Rasa geram semakin membuncah. Rasanya ingin segera membunuhi para pengikut Musa.
“Lihat, laut saja terbelah. Sengaja ia memberiku jalan. Tak lama lagi, mereka akan tersusul. mereka pikir bisa kabur. Tidak, mereka tidak akan selamat/,”Fir’aun berteriak-teriak dengan sombong.
Fir’aun cepat-cepat menyeberang.
Sepertinya mereka sudah tidak sabar. mereka ingin segera membantai Musa dan orang-orang Bani lsrail itu.
Namun, apa yang terjadi? Setelah Fir’aun dan bala tentaranya berada di tengah, tiba-tiba laut bergerak. Dalam sekejap, jalan yang dilalui Fir’aun dan bala tentaranya tertutup. Tak ada waktu untuk menyelamatkan diri. Semua digulung air laut
Fir’aun dan bala tentaranya berusaha menyelamatkan diri. Akan tetapi, laut terlalu ganas. Dalam keadaan kritis itulah, Fir’aun berujar, Aku percaya kepada Tuhan Musa dan Tuhan Bani lsrail. Aku berserah diri kepada-Nya.
Fir’aun timbul tenggelam. Napasnya ngos-ngosan. la tengah menghadapi sakratulmaut
“Baru sekarang engkau beriman?ltu sudah terlambat mana kekuasaan yang engkau bangga-banggakan itu? Katanya tuhan. Katanya berkuasa. mana buktinya?” firman Allah.
Gelombang besar menghantam.
Tubuh Fir’aun tenggelam. Raja yang sewenang-wenang telah mati.
Para pengikut Musa masih ragu. Benarkah Fir’aun sudah mati? Jangan-jangan ia masih hidup. Jika benar masih hidup, mereka tak akan tenang. Pasti ia membalas dendam.
Keraguan Bani lsrail segera terjawab. Jasad Fir’aun diperlihatkan. Tak ada tanda-tanda bergerak. Bisa dipastikan Fir’aun sudah mati. Barulah Bani lsrail yakin. Dengan mata kepala sendiri, mereka melihat tubuh Fir’aun terapung.
Jasadnya kaku. Sedikit pun tak bergerak.

Setelah Bani Israil Keluar dari Mesir
Setelah aman dari ancaman Firtaun, Musa dan Bani lsrail melanjutkan perjalanan. mereka menuju ke Bukit Sinai. Di per jalanan, mereka melihat sekelompok orang sedang menyembah berhala. Beberapa orang tertarik dengan penyembahan itu.
“Musa, tolong buatkanlah sebuah berhala untuk kami. Kami ingin menyembah berhala seperti mereka.”
“Kalian ini orang-orang dungu,” bentak Musa kesal. “Baru saja kalian diselamatkan kejaran Fir’aun. Sekarang kalian hendak mempersekutukan Allah.”
Perjalanan dilanjutkan. Rombongan kemudian melewati Gurun Sinai. Gersang. Panas begitu menyengat. Tak ada hewan. tak ada pepohonan. Sementara itu perbekalan sudah menipis.
Beberapa orang menemui Musa. mereka memint a supaya Musa berdoa dan supaya Allah memberi mereka naungan dan makan.
maka, Allah mengirimkan awan tebal. mereka bisa bernaung di bawahnya. Panas mataihari bukan masalah lagi. Tidak hanya itu, mereka juga mendapat kiriman makanan. Allah menurunkan
manna–sebangsa madu–dan Salwa-Sejenis burung puyuh.
Kemudian, Musa memukulkan tongkat ke batu. Dari batu itu memancarlah dua belas mat air. Setiap suku mendapat satu mata air. UJalhasil, meskipun berada di gurun, mereka bisa mandi dan minum.
masih juga belum puas. Kali ini, Bani lsrail mengajukan permintaan lain. mereka meminta ketimun, bawang putih, kacang adas, dan bawang merah. Tak urung Musa juga kesal dibuatnya.
Kalian ini ada-ada saja. Sudah diberi makanan yang baik-baik, masih saja minta makanan yang buruk-buruk. Ya sudah, pergilah kalian ke suatu kota. Di sana keinginan kalian akan terpenuhi.

Kisah Seekor Sapi Betina
Adalah seorang anak yatim. Tak punya kakak, juga tak punya adik. Ayah si anak sangat kaya. Dia meninggalkan harta warisan yang sangat banyak. Anak itu adalah ahli waris tunggal.
Namun, masalah timbul. Saudarasaudara sepupu anak itu merasa iri. mereka berambisi untuk memiliki harta warisan itu. menurut ketentuan, sauda ra sepupu tidak berhak mendapat warisan.
mereka bersekongkol. Rencananya, mereka akan membunuh ahli waris yang sah. Sebab hanya dengan matinya anak itu, mereka bisa memperoleh warisan.
Rencana pembunuhan pun dijalankan. mereka menghabisi anak itu. Kemudian, mereka berusaha menutupi kejahatan mereka.
maka, mereka menghadap Musa. mereka mengemukan bahwa sauda ra sepupu mereka telah mati. Pembunuhnya tidak diketahui. mereka berpurapura meminta Musa menYingkap siapa pembunuhnya.
Atas petunjuk Allah, Musa diperintah untuk menyembelih seekor sapi betina. Lidah sapi itu harus diPukulkan ke tubuh si mati. Dengan begitu, si mati bisa bangun kembali seraya menyebutkan siapa pembunuhnya.
Perintah itu disampaikan kepada saudara-saudara korban. Eh, Musa malah d”ertawakan. Musa dicemooh habishabisan. masa orang mati bisa hidup kembali. Apalagi, hanya dengan lidah sapi.
“Yang benar saja,” kata mereka dengan nada sinis. “Apa kau hendak membua kami jadi bahan cemoohan? Tapi, kalau memang demikian, tolong diperjelas.
Tanyakan lagi kepada Tuhanmu. Sapi betina yang bagaimana?”
“Kata Allah, umur sapi betina itu sedang-sedang saja. Tidak tua, tidak muda,m jawab Musa.
“Terus apa warnaya?”
“Sapi betina itu mesti berwarna kuning tua. lndah dipandang mata.”
“Sapi seperti itu, kan, banyak. Tolong lebih diperjelas lagi.”
“Sapi betina itu tidak pernah dipekerjakan untuk membajak tanah atau mengairi tanaman. Juga tidak boleh ada cacat dan belang.”
Sejumlah orang diutus. mereka ditugasi mencari sapi tersebut Berbagai tempat didatangi. Pelosok-pelosok kampung dijelajahi. Setelah bersusah payah, akhirnya sapi yang dimaksud ditemukan jua.
Sapi itu milik seorang anak yatim. Sapi itu satu-satunya harta yang ia punya. Penghidupan anak yatim itu sangat bergantung pada sapi itu. Dan sekarang sapi itu terjual dengan harga yang berlipat ganda.
Sapi kemudian disembelih. Musa memotong lidahnya. Lidah itu kemudian diPukulkan pada tubuh si mati. Sertamerta si mati pun bangun. Lalu, ia mengungkapkan bahwa pembunuhnya ialah saudara-saudara sepupunya sendiri.

Musa dan Khidir
Suatu hari Musa berkhutbah. Di hadapan kaumnya, ia menyampaikan ajaran-ajaran Allah. Tiba-tiba, seseorang bangk” seraya mengajukan sebuah pertanyaan.
“ Musa, siapa yang paling pandai di muka bumi ini?”
“Aku,” jawab Musa lantang.
“Benarkah?
“Apakah tidak ada yang melebihi kepandaian Tuan?”
Nggak ada, tegas Musa. Dalam hati Musa merasa bangga.la merasa sebagai nabi yang hebat. Bisa menaklukkan fir’aun. Punya brbagau mukjizat.Dan berkesempatan mengoborl dengan Allah
Allah menegur Musa. Di atas langit masih ada langit. Kepandaian seseorang itu terbatas meskipun ia seorang rasul. Pasti ada orang lain yang lebih pandai lagi.
Kemudian, Allah menitahkan agar Musa mencari seseorang. Orang itu dikaruniai ilmu yang luas. Khidhir, demikian nama orang itu.la berada di suatu tempat yang terletak di pertemuan dua lautan.
“Ya Allah, hamba bersedia. Hamba akan mencari orang saleh itu. Kiranya hamba bisa belajar ban yak darinya”
“pergilah, kata Allah. Jangan lupa bawa seekor ikan. masukkan ke dalam keranjang. Jika nanti ikan itu hilang, tandanya kau akan bertemu dengan orang saleh itu.”
Musa berkemas-kemas. Segala sesuatunya telah ia persiapkan. Terutama seekor ikan. Musa menyimpan ikan “u dalam sebuah keranjang.
mengingat perjalanan kali itu sangat jauh, Musa mengajak Yusya’ bin Nun. la adalah seorang pengikut Musa yang setia. Musa merasa sangat penasaran. la bertekad tak akan kembali sebelum bertemu dengannya. meskipun harus menempuh per jalanan sangat jauh.
Perjalanan sangat jauh. Cukup memakan waktu. Ketika sampai di pertemuan dua lautan, Musa mengantuk. la tertidur di atas sebuah batu besar. Tidurnya sangat nyenyak. Hujan rintikrintik membuat tidurnya semakin pulas.
Hujan belum juga mereda. Lama- kelamaan, keranjang pun menjadi basah. Dan tanpa sepengetahuan Musa, ikan yang ada di dalamnya melompat ke laut.
Beberapa waktu kemudian Musa terbangun. Perjalanan dilanjutkan. Setelah berjalan cukup jauh, Musa berhenti. Perut terasa lapar. Musa meminta Yusya’ supaya menyiapkan makanan.
Saat keranjang dibuka. lkan sudah tidak ada. Yusya’ baru teringat Di selasela kantuknya, ia melihat seekor ikan melompat ke laut.
“maaf, tuan,saya lupa.”
“Lupa apa?” tanya Musa keheranan. “saya lupa memberi tahu Tuan lkan yang ada di dalam keranjang itu hidup kembali.”
“Benarkah! seru Musa kegirangan. Yusya’ merasa heran. Ikan hilang,kok, malah senang. Padahal ikan itu jatah makan sekarang.
“Terus apa yang terjadi?” tanya mu-
sa lebih jauh.
“lkan itu kemudian melompat ke laut Sungguh aneh.”
Roman muka Musa terlihat ceria.
Ternyata, perjalanannya tidak percuma. lnilah saatnya bertemu dengan orang saleh itu.
“lnilah saat yang kutunggu-tunggu.
Ayo, kita balik lagi ke tempat tadi.” Langkah Musa begitu cepat la sudah tak sabar. Rasanya ingin segera bertatap muka dengan orang saleh itu.
Sampai di sana mereka melihat seseorang. Tubuhnya kurus. Wajahnya menyiratkan ketenangan. Pandangannya menggambarkan keluasan ilmu. Orang itu sedang menutupi tubuh dengan pakaiannya.
“maaf, Anda siapa?”tanyanya kepada Musa.
Saya Musa.
“Musa yang mana, ya? Apa Musa yang nabi Bani lsrail itU?»
Musa menganggukkan kepala. “Rupanya Tuan tahu tentang saya.”Orang saleh itu hanya tersenyum.
Tidak mengiyakan, juga tidak menolak.
Inilah orang yang kucari, pikir Musa dalam hati
“maaf, Tuan,” kata Musa melanjutkan.”
“ya, ada apa?”
“Ehmmm …, bolehkah saya berguru kepada Tuan? maksud saya, perkenankanlah saya ikut bersama Tuan. Ke mana Tuan pergi, saya akan menyertai.”
“Anda nggak akan kuat,” ujar orang itu pelan.
“Saya akan berusaha. Saya akan mematuhi segala titah Tuan.”
“Benar, nih? Rasanya Anda tidak akan sabar.”
“Saya akan bersabar sekuat tenaga.”
“Kalau begitu, Anda harus berjanjio» “Berjanji apa?»
“Anda tidak akan bertanya. Apapun yang kulakukan, Anda diam saja. Betapapun tindakan saya sangat mengusik pikiran Anda. Pada saatnya nanti, saya akan memberi tahu Anda.”
Musa sepakat Kemudian, Musa diajak melanjutkan per jalanan.
Sampailah Musa dan Khidhir di sebuah tepi pantai. Tak jauh dari sana tertambat sebuah perahu. Khidhir meminta Si empunya perahu untuk mengantar mereka ke suatu tempat
Orang itu bersedia. Dengan senang hati, ia akan mengantar mereka ke tempat tujuan. Bahkan, sepeser pun ia tak meminta bayaran.
Perahu melaju. Namun, tiba-tiba Musa melihat hal yang ganjil. Khidhir menjebol dinding perahu itu. Akibatnya, perahu yang tadinya bagus kini menjadi rusak. Air susu dibalas dengan air tuba, pikir Musa.
“Tuan ini bagaimana? Sudah ditolong, malah merusak. Apakah Tuan hendak menenggelamkan perahu ini? lngat Tuan, Si empunya perahu ini telah menolong kita. la bersedia mengantar kita tanpa
Bayaran.”
Tuh, kan, ternyata Anda tidak bisa bersabar. Sudah kukatakan, jangan bertanya apa-apa.”
Musa tersipu malu. Lupa akan janjinya.
“maaf, Tuan. Saya lupa. mohon Tuan tidak marah.”

Khidhir memaklumi. Perjalanan dilanjutkan. Sekarang mereka sampai di tempat yang dituju. mereka kemudian ber jalan kaki.
Di perjalanan, mereka bersua dengan seorang anak laki-laki. Anak itu sedang bermain dengan teman-temannya. Tiba-tiba, Khidhir memanggil anak itu. Anak itu dibawa ke tempat yang sepi. Khidhir lantas menelentangkan Si anak seraya membunuhnya.
Musa sangat kaget Tindakan Khidhir ini sangat tak masuk akal. Sangat kejam. masa anak yang tak berdosa dibunuh. Jelas, ini perbuatan zalim.
Tindakan Khidhir ini tak bisa didiamkan. mesti diambil tindakan. membunuh adalah tindak kejahatan.
“mengapa Tuan membunuh anak tak berdosa? Perbuatan Tuan sangat keji.” “Sudah kukatakan, Anda tidak akan sanggup bersabar.”
Musa menunduk. Untuk kedua kalinya, ia ingkar janji. Jadi, malu dibuatnya.
“maaf, Tuan jangan dulu marah. Beri saja kesempatan sekali lagi. Jika saya mengulangi kesalahan, Tuan boleh melarang saya ikut”
Khidhir setuju. Perjalanan pun diteruskan. Sampailah mereka di suatu kampung. Rencananya mereka akan beristirahat di sana. melepas lelah setelah sekian lama ber jalan. Perut suaah mulai keroncongan. Sangat lapar.
mereka mencari makanan. Kepada penduduk setempat mereka meminta barang sesuap makanan. Akan tetapi, tak seorang pun yang mau memberi makanan. Penduduk kampung sangat kikir. Musa sangat kesal dibuatnya.
merasa kurang mendapat sambutan, perjalanan pun dilanjutkan. Musa dan Khidhir bermaksud meninggalkan kampung itu. Saru beberapa langkah, mereka melihat dinding sebuah rumah. Dinding itu hampir ambruk.
Tanpa berkata apa-apa, Khidhir berjalan ke arah dinding itu. Dinding itu kemudian diperbaiki sampai menjadi bagus.
“Aneh,” kata Musa protes, “mau – Maunya
Tuan membantu. Sudah tahu penduduk kampung ini pelit-pelit, eh, malah aibantu. Capek-capek saja. Ehm, bagaimana kalau Tuan meminta upah kepada penduduk kampung? Kali aja mereka mau memberi sesuap makanan”
“Sudahlah, Musa. Ternyata Anda memang tidak mampu bersabar. Kita berpisah sampai di sini”
Musa hanya terdiam. Dalam hati, ia menyadari kelemahannya.
“Namun,” lanjut Khidhir, “sebelum berpisah aku akan menjelaskan semuanya.”
Musa merasa senang. mesti tidak bisa ikut lagi, ia masih untung. Paling tidak, bisa mengetahui alasan kenapa Khidhir melakukan Semua itu.
“pertama mengenai perahu. Perahu itu milik orang-orang miskin. Dengan perahu itulah, mereka mencari nafkah. Perahu itu sengaja kurusak justru untuk menyelamatkan. Jika tidak dijebol, perahu itu akan dirampas. Nah, saat itu di belakang ada seorang raja zalim. la sedang mengejar. Si raja bermaksud merampas perahu itu. Dengan melihat perahu itu berlubang, si raja tidak jadi merampasnya.”
“Lalu, tentang anak yang Tuan bunuh?”
“Kubunuh anak itu demi kebahagiaan ibu-bapaknya. mereka itu rajin beribadah. masalahnya., setelah besar anak itu akan menjadai orang jahat. Aku khawatir mereka akan terpengaruh oleh anak itu. Nah, dengan matinya Si anak, aku berharap Allah akan menggantinya dengan anak yang saleh.”
“Terus bagaimana dengan dinding rumah yang Tuan perbaiki?”
“Di bawah dinding rumah itu tersimpan banyak harta. ltu warisan milik dua orang anak yatim. Ayah mereka seorang saleh. Allah menghendaki warisan itu diterima mereka bila telah dewasa. ltulah karunia Allah. Demikianlah. Semua itu kulakukan atas bimbingan Allah semata.

Si Kaya Qarun
Adalah seorang konglomerat bernama Qarun.la masih kerabat Musa. Ke’” hidupannya selalu mujur. Usahanya tak pernah gagal. Qarun tak pernah merugi. Sehingga ia pun menjadi konglomerat paling kaya pada masa itu.
Kekayaan Qarun berlimpah ruah.
Saking kayanya, kunci harta milik Qarun tidak bisa dipikul oleh beberapa orang yang kuat-kuat Kehidupan Qarun sangat mewah. Rumah gedung, pakaian mahal, pembantu banyak. lngin ini dan itu tinggal tunjuk. Semua pasti ada.
Sayangnya, Qarun tak pernah merasa puas. Hidupnya selalu merasa kurang.la sangat tamak dan pelit Padahal, dulu ia seorang yang alim. la mahir membaca Taurat. lsi Taurat dikuasainya dengan baik.
Garun tak pernah berbagi. Sedikit pun tak pernah memberi. Harta berlimpah hanya dinikmati Sendiri. Tak peduli dengan orang lain. Masa bodoh, yang penting enak Sendiri.
Berbagai nasihat telah disampaikan.
Tetap saja Qarun enggan menyisihkan sedikit hartanya. Padahal, orang miskin sangat banyak. Mereka membutuhkan uluran tangan.
Dikatakan bahwa kekayaan itu karunia Allah. Qarun harus bersyukur. Salah satu caranya ialah dengan membantu sesama. Jika tidak, kekayaan Garun tidak berkah, bahkan bisa ludes.
Nasihat tinggal nasihat Semua dianggap angin lalu. qarun bahkan merasa seluruh kekayaannya itu merupakan hasil usahanya. la kaya karena bisa. Mestinya ia yang memberi nasihat, bukan malah diberi nasihat
Qarun semakin menjadi-jadi. Bukannya sadar, malah semakin pamer. Apabila keluar rumah, Qarun selalu mengenakan pakaian yang serbawah. Memakai perhiasan yang mahal-mahal. Menaiki kendaraan yang mewah.
Kemewahan Qarun membuat orang banyak berdecak. Tak sedikit orang yang terpikat Mereka berangan-angan menjadi orang kaya seperti Qarun.
Suatu ketika Qarun merasa kesal. Hatinya jengkel bukan main. Penyebabnya, Musa menyuruh Garun mengeluarkan zakat.
“Enak saja,”hardik Garun.” Ternyata kau ini seorang pemeras. masa aku harus menyerahkan harta begitu saja. Aku yang bekerja keras, eh, orang lain tinggal enaknya. Kalau orang-orang miskin itu butuh uang, berusaha, dong.”
Namun, Musa bersikap tegas. Pokoknya Qarun harus membayar zakat. Kewajiban zakat tak bisa ditolak. lni perintah Allah. Semua harus dipatuhi. menolak berarti durhaka.
Akhirnya, Qarun menyatakan bersedia.la berjanji akan mengeluarkan zakat. Namun, ia meminta tempo. Alasannya, hendak menghitung dulu berapa zakat yang harus dibayarkan.
Qarun pulang. Di rumah, Qarun menghitung kekayaannya. hitung punya hitung ternyata zakat yang harus dibayar itu sangat banyak. Sayang juga, pikir Qarun. Akhirnya, Qarun tidak jadi membayar zakat.
Alih-alih membayar zakat, Qarun malah membuat ulah. la menghasut agar orang lain juga tak membayar zakat. Diisukan bahwa Musa hanya ingin memperkaya diri. Pura-pura menghimpun zakat, padahal ingin menumpuk-numpuk harta untuk dirinya Sendiri.
Tidak sampai di situ. Qarun menyusun rencana yang lebih kotor lagi. la memanfaatkan seorang wanita nakal. Si wanita disuruh mengaku berzina dengan Musa. Pengakuan itu disampaikan di depan umum. Tujuannya jelas untuk mencemarkan nama baik Musa.
Namun, si wanita sadar. la meralat pengakuannya. la mengungkapkan hal yang sebenarnya. Yang dituduhkan kepada Musa itu hanyalah fimah. Qarun yang merencanakan semua itu.
Tak ada harapan. Qarun sudah diberi kesempatan. Tapi, tetap saja membangkang. Zakat tak pernah dibayarkan. Hatinya sudah membatu. Selain itu, Qarun juga terus-terusan ingin menjatuhkan kehormatan Musa. lsu-isu buruk sengaja disebarkan. Tuduhan-tuduhan busuk diuar-uarkan.
Habislah kesabaran Musa. Kemudian, Musa berdoa. Musa memohon agar Allah menimpakan azab kepada Qa run.
Doa dikabulkan. Tiba-tiba, tanah bergetar. Sangat dahsyat. Sejurus kemudian, rumah Qarun dan seluruh kekayaannya dibenamkan ke dalam tanah. Qarun terkubur hidup-hidup. Seluruh hartanya amblas tak bersisa. Kejadian itu sungguh mengerikan. Tapi, juga menyadarkan banyak orang.Ternyata, harta tak bisa menyelamat kan. Dulu, banyak orang yang terpesona dengan kemewahan Qarun. Sekarang mereka malah bersyukur. Untung tidak seperti Qarun.

Bani Israil Mengembara Tanpa Tujuan
Suatu ketika Allah menyampaikan wahyu kepada musa. lsinya supaya musa memimpin Bani lsrail pergi ke Palestina. Pelestina adalah tempat suci yang dijanjikan bagi Bani lsrail.
Wahyu kemudian disampaikan. Akan tetapi, Bani lsrail menolak. mereka tidak mau ikut mereka membangkang perintah Allah. Alasannya, mereka tak berani berhadapan dengan suku Kan’an. menurut mereka, suku Kan’an itu sangat kuat dan garang. melawan mereka sama saja dengan mati konyol.
“Musa, kami tidak akan ikut Kami tak mau masuk ke kota Ariha.”
“kenapa?”
“Di sana ada orang-orang kan’an. Kami tidak akan sanggup melawan. Jadi, pergi saja kau dengan Tuhan. Perangilah orang-orang Kan’an. Setelah mereka terusir, barulah kami mau masuk. Pergilah. Kami menunggu hasilnya.”
Dasar Bani lsrail. Tidak hanya pembangkang, tapi juga pengecut mereka tidak percaya akan janji Allah. Padahal, .ekiranya taat, mereka bisa mengusir orang-orang Kan’an. Kota Ariha akan mereka kuasai.
Musa sangat kesal. Sikap Bani lsrail ini mebuatnya muak. Pengecut mau enaknya saja. ma.a ia di.uruh berperang, sementara mereka ongkang-ongkang kaki.
“Ya Allah, hamba tidak bisa berbuat apa-apa. mereka keras kepala dan pembangkang. Hamba hanya bisa menguasai diri hamba sendiri dan Harun. Oleh karena itu, Pisahkanlah kami dari orang-orang yang durhaka itu.”
Atas penolakan itu Bani lsrail mendapat hukuman. Selama empat puluh tahun mereka tidak punya tempat tinggal. mereka mengembara tak tentu arah dan tujuan. mereka hidup dalam kebingungan.

—oOo—
Read More..

No comments:

Post a Comment