Maulid Nabi SAW
Maulid Nabi SAW
Maulid Nabi SAW
Pengajian Rutin

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Kalamullah
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun." (Fathir: 28)

Sabda Nabi
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan Al Imam Al Albani)

Nasehat Salaf
"Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka." (Umar bin Abdul Aziz)
Rosulullah SAW Bersabda :"Barang siapa yang menyebut (berdzikir) kepada-Ku dalam kelompok yang besar (berjamaah), maka Aku (Allah) akan menyebut (membanggakan) nya dalam kelompok (malaikat) yang lebih besar (banyak) pula "(HR. Bukhari-Muslim)

Kisah Nabi Yunus dan Nabi Zakariyya

Nabi Yunus dan Nabi Zakariyya


Nabi Yunus

(Selamat dalam Perut Paus)

Adalah di sebuah kampung di daerah Syam lahir .seorang anak. Anak ini diberi nama Yunus. Lengkapnya Yunusbin mata. Yunus tumbuh menjadi orang yang saleh. Tak .salah kalau pada usia tiga puluh tahun ia diangkat menjadi nabi.
Yunus kemudian berdakwah di kota Ninawa. Sekarang tempat ini berada di sekitar kota maushul,, lrak. Yunus sendiri bukan penduduk Ninawa asli. la hanya pendatang.
Penduduk Ninawa adalah penyembah berhala. mereka memuja patung-patung. Lucunyal patung-patung itu mereka buat sendiri. Sudah pa.sti batu-batu berbentuk manusia itu tak dapat memberi apa-apa. Jangankan member, berlari saja tidak bisa.
Yunus mengajak penduduk Ninawa ke jalan yang benar. Beribadah kepada Allah .seraya meninggalkan berhala-berhala yang tak berguna itu. Tak .sepatutnya berhala-berhala itu diagungkan. mereka hanya benda mati.
Tak bisa berbuat apa-apa. Dengan kata lain Yunus menanamkan tau hid. Tidak ada tuhan melainkan Allah. Dialah Tuhan Yang maha E.sa. Allah adalah Pencipta .segala yang ada. Hanya kepada-Nya .semua menyembah.
Kurang lebih selama tiga puluh tahun Yunusmenyiarkan ajaran Allah. Dalam rentang waktu yang cukup lama itu, tak banyak yang beriman. Hanya dua orang yang mengikuti .seruannya. mereka bernama Rubil dan Tanukh.
Penduduk Ninawa .sangat keras kepala. Sedikit pun mereka tak merespons ajakan Yunus. Perasaan kesal mulai menggelayuti hati Yunus. Hampir-hampir Yunus berputus asa. Yunustidak tahan menghadapi pembangkangan kaumnya. mereka bersikukuh dalam kemusyrikan. Betah dalam kemaksiatn.

Kesempatan Kedua
Allah memberi penduduk Ninawa kesempatan. mereka harus beriman dalam tempo empat puluh hari. Bila dalam rentang waktu itu tak jua beriman, azab akan segera datang. Oleh karena itu, Yunus mesti lebih giat lagi berdakwah.
Hari demi hari terus berlalu. Tak terasa minggu telah berganti minggu. Penduduk Ninawa tetap saja menolak. mereka enggan beriman. Padahal, waktu yang dijanjikan telah sampai pada hari ke- 37. Tinggal tiga hari lagi.
Bagi penduduk Ninawa, ajaran-ajaran Yunus itu sangat aneh. Tutur kat anya begitu asing di telinga. mereka belum pernah mendengar Allah Yang maha Esa. Yang mereka tahu, tuhan itu banyak. Wujudnya ialah patung-patung yang berjejer di tempat peribadatan mereka.
Oleh karena itu, penduduk Ninawa menolak dakwah Yunus. mereka tak be rani menyalahi ajaran leluhur mereka. menyembah berhala sudah menjadi kebiasaan sejak dulu. masa tuhan-tuhan yang sudah disembah bertahun-tahun harus diganti dengan T uhan yang baru. Apalagi, hal itu disampaikan oleh Seorang pendatang. Bukan tidak mungkin ia punya maksud-maksud tertentu.
“ Aku mengajak kalian beriman kepada Allah.” Kata-kata Yunus mengawali dakwahnya.
“Yunus ini ngomong apa, sih? Siapa Allah itu! Allah adalah T uhan Yang maha Esa.
“Allah adalah Tuhan yang maha Esa. Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan segala isinya.”
“Kamu ini ada-ada saja. Tuhan itu tidak satu. Kami mewarisi banyak tuhan dari para leluhur. Lagi pula, kamu hanya pendatang di sini. Tak pantas kamu menggurui kami.”
“ memang aku bukan orang sini. Aku hanya pendatang. Tapi, apa yang salah dengan itu. Aku ini rasul Allah. T ugasku membimbing kalian ke jalan yang terang. lkutilah agama yang lurus. Agama yang bersih dari segala macam syirik. Semua ini demi kebaikan kalian.”
“Tidak. kami tidak akan mengkhianati agama leluhur. Jelas kamu ini bermaksud merusak kepercayaan kami. Kamu ini punya apa? Atau jangan-jangan kamu ini ada maunya. Ayo. bilang saja. Apa kamu ingin uang atau apar
“sama sekali aku tidak mengharapkan upah. Aku tidak butuh balas jasa. Pangkat at au kedudukan juga tak kuinginkan.
Tugasku hanya mengajak. tidak untuk memaksa.”
“Sudahlah hentikan ocehanmu itu. Tak akan ada yang percaya. Kami tidak akan terpengaruh oleh ajakanmu. Kepercayaan nenek moyang sudah mend arah daging pada diri kami.”
“Aku hanya mengingatkan. Bila kalian tetap bersikukuh, Allah akan memperlihatkan kekuasaan-Nya kepada kalian. lngat, Dia akan mengazab kalian. Sudah banyak yang dibinasakan. Kaum Nuh, ‘Ad, dan T samud semestinya menjadi pelajaran”
“Enak saja. Tidak, kami tidak akan mengikutimu. Kami tidak mau beriman. Titik. Kami ini bukan anak kecil yang bisa ditakut-takuti. Ayo, datangkan saja azab yang kamu ancamkan itu. Kami yakin, kamu pasti ngibul.”

Ancaman Azab Membuat Tobat
Belum ada perubahan yang ter jadi. Penduduk Ninawa tak jua beriman. mereka tetap membangkang. Alih-alih menerima ajaran Yunus, mereka malah menantang azab.
Keadaan ini membuat Yunus kesal. Yunus merasa tak betah lagi tinggal di Ninawa. Penduduk Ninawa tak bisa lagi diha rapkan. mereka telah membangkang, bahkan menantang azab.
maka, pergilah Yunus meninggalkan Ninawa. tatinya sangat jengkel. Saking jengkelnya, ia memohon agar Allah menimpakan azab kepada penduduk Ninawa.
Yunus telah pergi dari Ninawa. T ak lama setelah itu tanda-tanda azab mulai terlihat Langit mendung. Awan hitam menggumpal-gumpal. makin lama makin besar. Kota Ninawa menjadi gelap dan terus bertambah gelap. Gemuruh angin kencang membuat nyali ciut Sangat menakutkan. Bahkan, hewan-hewan ternak pun tampak gelisah.
Penduduk Ninawa ketakutan. mereka sadar akan kesalahan. Ancaman Yunus ternyata bukan gertakan. Penduduk dilanda kecemasan. Timbul sesal kemudian.
Orang-orang keluar rumah. mereka berlarian. Semua berkumpul di suatu tempat Di sana mereka bertobat mereka memohon ampun atas kesalahan yang telah diperbuat mereka menangis, seraya memohon supaya dihindarkan dari azab. mereka menyatakan beriman kepada Allah.

Allah maha Pengasih lagi Penyayang.
Dia mengampuni siapa pun yang bertobat kepada-Nya. Termasuk juga penduduk Ninawa. mereka telah benar-benar menyesal. Tobat mereka benar-benar tulus.
Perlahan, keadaan mulai normal. Gumpalan awan hitam menghilang. Gelap menjadi terang. Ternak-ternak pun tenang. Azab telah hilang. Penduduk Ninawa sangat senang. mereka pun kembali ke rumah masing-masing dengan tenang.
Bencana hampir menimpa. Hal ini membuat penduduk Ninawa menjadi sadar. Selama ini mereka telah menuruti bujuk rayu set an. Akibamya, mereka mengabaikan dakwah Yunus. Oleh karena itu, mereka ingin sekali bertemu dengan Yunus. lngin meminta maaf sekaligus beriman kepadanya. Tapi, Yunus telah pergi. Entah di mana ia berada.
Sayang sungguh sayang. Yunus telah pergi.la telah meninggalkan Ninawa.ltu disebabkan penolakan penduduk Ninawa. mereka menyesal, kenapa harus mendurhakai Yunus.
Akan sangat senang bila Yunus pulang. Yunus akan membimbing penduduk Ninawa ke jalan yang terang. Oleh karena itu, mereka berusaha mencari. Yunus harus kembali.
Alangkah bahagia bila Yunus ada. Yunus bisa menjadi tempat bertanya.la akan memberi bimbingan ke jalan yang lurus. Jalan yang bisa mengantarkan pada keselamatan. Tidak hanya d.i dunia, tapi juga di akhirat. Sungguh Yunus adalah seorang rasul. Rasul yang telah disia – siakan.

Dilempar ke Laut
Di tempat lain, Yunus sedang melanjutkan perjalanan. Yunus tak tahu kalau penduduk Ninawa telah bertobat. Yunus pergi karena sebal. Penduduk Ninawa tak juga mau beriman.
Yunus berjalan dan terus berjalan. Tak jelas arah dan tujuan. Sampai akhirnya, ia tiba di sebuah pelabuhan. Dilihamya, orang-orang bergegas. mereka ber jalan menuju ke sebuah perahu.
Yunus pun ikut-ikutan. la mendekati perahu itu. Kepada si empunya perahu, ia menyatakan keinginannya ikut menumpang perahu.
Gayung bersambut Keinginan Yunus dikabulkan. Yunus diperbolehkan menumpang. maka, perahu pun segera melaju. Keadaan begitu tenang. Perahu membelah lautan. Sungguh indah. Yunus merasa senang.
Namun, keadaan segera berubah. Awan mendung bergumpal-gumpal di langit Angit topan bertiup kencang. Berkali-kali, petir terlihat Disahuti suara guntur yang menggelegar. Hujan deras pun turun.
Tiba-tiba, badai datang. Laut yang tenang menjadi kelam. Hujan deras mengguyur. Angin bertiup kencang. Ombak datang bergulung-gulung. Perahu bergoyang-goyang.
Keadaan sangat mengerikan. Ketenangan berganti kepanikan. Para penumpang ketakutan. Perahu mau tenggelam. Sepertinya kelebihan muatan. Jika tak diatasi, sebentar lagi perahu akan tenggelam.
Tak ada tanda -tanda badai .segera mereda. Perahu semakin oleng. Tak .sanggup membawa muatan yang lebih. Tak lama lagi. perahu akan tenggelam.
Namun, ma.sih ada harapan. Perahu bisa diselamatkan. Caranya, beban perahu harus dikurangi. Seorang penumpang harus dilemparkan ke laut Jika tidak, perahu akan kehilangan keseimbangan. Risikonya pasti tenggelam.

Ditelan Paus
Kelebihan seorang penumpang. lnilah ma.alah yang haru.s segera diatasi. Seorang saja penumpang berkurang kapal akan seimbang. Perahu tidak akan tenggelam. Masalahnya, siapa yang mau dikorbankan? Pasti semua menolak. Nahkoda menghadapi sebuah dilema.
Semua tenggelam atau seseorang dikorbankan. Pilihan yang sangat sulit Sebab semua orang pasti menolak untuk dilemparkan ke laut
Para awak perahu segera berembuk. mereka membahas keadaan darurat ini.
Akhirnyal rembukan menetapkan satu keputusan. Harus diadakan undian. Yang kena undian itulah yang dilemparkan ke laut. Adill bukan?
makal nahkoda mengadakan undian.
Undian untuk menentukan siapa yang harus dilemparkan ke laut. Undian pertama, keluar nama Yunus. Begitu nama Yunus keluar, para penumpang ribut. mereka sangat menghormati Yunus. Jangan sampai Yunus yang menjadi korban. Demikianl harapan banyak penumpang.
masih ada harapan. Undian kedua segera diadakan. Ternyata yang keluar tetap nama Yunus. Pun pada undian ketiga. Lagi-agi nama Yunus yang keluar.
Undian sudah diadakan. Sesuai kesepakatan Yunus harus dikorbankan. mau tidak mau Yunus harus dilemparkan. Tak apalah korban seorang. Yang penting banyak orang terselamatkan. Sebab, hanya itu yang bisa dilakukan.
Di Pihak lain, Yunus pun tak keberatan. ia yakin betul bahwa hasil undian itu merupakan kehendak Allah.
Tak seorang pun dapat menolaknya. Yunus sadar akan kesalahan. Ninawa telah ia tinggalkan. Padahall semestinya ia menunggu perintah Allah dulu sebelum hengkang.
Pasrah. Hanya itu yang bisa dilakukan Yunus. ia hanya berharap kiranya undian ini menjadi penebus kesalahannya.
Sementara itu, para penumpang lainnya terdiam. Tak seorang pun berani melempa rkan Yunus ke laut. mereka tak sampai hati mencelakakan orang yang sangat mereka cintai.
Sadar akan keadaanl Yunus pun bersiap-siap. ia akan terjun bebas ke laut. Jantung para penumpang berdegup kencang. Dan … hyuuur! Terdengar bunyi air laut muncrat. Yunus telah melompat.
Tubuhnya digulung ombak. Semua mata melihat.
Tangis haru mengiringi timbul tenggelamnya Yunus. Terlihat Yunus megapmegap. Napasnya ngos-ngosan. Saat tubuh ke atasl Yunus mengambil napas. T ak lama setelah itu, tubuhnya digulung gelombang besar.
Saat itu datanglah sesosok makhluk. Ternyata, seekor paus. Tubuhnya sangat besar. Paus itu lantas menghampiri Yunus. Dan kleeek!
t ubuh Yunus ditelannya bulat-bulat. Berkaitan dengan inilah Yunus kemudian dikenal dengan sebutan Dzun Nurr-Si Empunya Paus-dan shahibil Hut–Sahabat Paus.
Yunus berpindah tempat. Kini, ia berada di dalam perut paus. Di dalam
sangat pengap. Sulit bernapas dan bau amis menyegat.

Terdampar di Pantai
Di dalam perut paus, tak ada lampu. Keadaan sangat gelap. Yunus tak bisa melihat T angannya meraba-raba. Paus berenang. Yunus ikut serta. Ke mana pun paus pergi, Yunus selalu terbawa. Kadang menyelam dan kadang muncul ke permukaan. Yunus tak bisa berbuat apa-apa. Hatinya sangat sedih.
Kendati demikian, Yunus tidak berputus asa. la selalu ingat kepada Allah. mulutnya tak lepas dari berzikir.
Yunus kembali teringat akan kesalahannya. la telah meninggalkan penduduk Ninawa. mestinya, ia tetap berada bersama mereka sampai datang perintah Allah. la telah bertindak sembrono. Tiada hentinya ia memohon ampunan kepada-Nya.
“Ya Allah, tidak ada tuhan melainkan Engkau. mahasuci Engkau. Sungguh aku termasuk orang yang zalim.” Yunus bermunajat kepada T uhannya.
Berhari-hari Yunus tinggal di dalam perut ikan. Semua kesulitan dan penderitaan dihadapinya dengan sabar. Tak ada keluhan dan tak ada putus asa. Sampaipada suatu hari, paus tersedak, lalu bersin. Yunus terlempar. Saking kerasnya, tubuh Yunus terdampar di tepipantai.
Selamat Yunus bisa menghirup udara segar. Tubuhnya bisa merasakan cahaya matahari. matanya bisa melihat keindahan pantai. Tiada henti ia bersyukur. Berkat rahmat Allah doanya bisa terkabul.
Namun. tubuh Yunus sangat lemah.la sangat kurus. Rasa sakit menjalari seluruh tubuh. Tidak hanya itu, Yunus merasa sangat lapar. maklum, berhari-hari belum makan. T pi, bagaimana mencari makanan? Jangankan berjalan, berdiri saja tidak sanggup.
Yunus hanya bisa melihat ke kiri dan ke kanan. Yang terlihat hanya pasir membentang. Gersang. Tak ada tumbuhan. Hanya debur ombak yang kerap kali terdengar. Sama sekali Yunus tak berdaya. Hanya pasrah yang bisa ia lakukan. mulutnya komat-kamit Berdoa mengha rap pertolongan Allah.
Doa seorang nabi memang makbul.
Pun dengan permohonan Yunus. Allah berkenan menolongnya. Tak jauh dari temp at Yunus, tumbuhlah pohon labu. Daun-daunnya menutupi tubuh Yunus.
Terasa sejuk. Tak hanya itu, Yunus juga bisa mencicipi buahnya. Sungguh terasa lezat Apalagi, dimakan di saat lapar. Benar-benar karunia Allah yang tak terkira.
Beberapa jam kemudian, Yunus merasa segar. Kesehatannya kembali membaik. Kekuatannya berangsur pulih. Tubuhnya bertenaga. Kini, ia bisa berdiri dan bahkan ber jalan.

Kembali ke Ninawa
Setelah segalanya membaik, Yunus mendapat perintah Allah.la harus kembali ke Ninawa. Penduduk Ninawa telah lama menunggu. Ada seratus ribu orang yang mengharapkan kedatangannya.
Sebagaimana disebutkan, penduduk Ninawa telah bertobat Tanda -tanda azab telah menyadarkan mereka. mereka sangat membutuhkan Yunus. Hanya Yunus yang bisa memberi mereka bimbingan. Cahaya iman tidak boleh meredup. Akidah harus semakin kukuh. Oleh karena itu, mereka sangat men-dambakan kehadiran Yunus.
Yunus berkemas. la bersiap-siap untuk pergi ke Ninawa.
Di perjalanan, Yunus berpapasan dengan seorang penggembala. Sejurus ia berhenti. Yunus kemudian bertanya, tiBagaimana keadaan penduduk Ninawa?”
penduduk Ninawa baik-baik saja. mereka hidup tenang. Rezeki serb aberkecukupan. mereka telah bertobat kepada Allah. Azab yang membuat mereka sadar. mereka pun beriman. Sampai saat ini, mereka menunggu Yunus. mereka sudah mencari nabinya ke sana kemari. T api, tak jua ditemukan.,
Yunus tersentak. Jawaban si penggembala sungguh di lua r dugaan. Benarkah apa yang dikatakan barusan? Sejenak ia termenung.
“Apa yang Tuan lamunkan?,, tanya
Si penggembala. Pertanyaan ini membuyarkan lamunan Yunus.
“A … aaa … akulah Yunus. Akulah nabi yang mereka cari,” jawabnya agak tergagap.
Spontan, Si pengembala melonjak. Hatinya sangat girang. la termasuk orang beriman yang menantikan kepulangan Yunus.
Tanpa pikir panjang, Si penggembala berlari kencang. Buru-buru, ia pulang. Sesampai di kota Ninawa, ia memaklumatkan, Yunus telah pulang.
Berita segera menyebar. Seiring dengan itu, Yunus telah memasuki gerbang kota. Kedatangannya disambut gembira oleh penduduk Ninawa.
Ternyata, benar. Kota Ninawa memang telah banyak berubah. Tak ada lagi berhala. Patung-patung yang dulu berjejer kini telah tiada. Tentu saja, hal ini membuat Yunus terkejut Tak disangka penduduk Ninawa telah meninggalkan kemusyrikan. Bahkan, orang-orang yang dulu menentangnya, kini telah beriman.
Yunus sangat senang. Selama ini, ia telah salah mengira. la telah bertindak tergesa-gesa. Ternyata, dakwahnya berhasil baik. Banyak tokoh masyarakat Ninawa yang beriman. Dulu, mereka sangat membangkang. Tetapi, sekarang mereka rajin beribadah.

—oOo—

Nabi Zakariyya

(Ahli Ibadah yang rajin berdoa)

Zakariyya masih merupakan cucu Nabi Sulaiman. Zakariyya menikah dengan lsya. lstri Zakariyya ini adalah saudara Hannah. Hannah diperistri oleh lmran. Hannah dan lmran punya anak bernama Maryam. Kelak, Maryam melahirkan seorang nabi bernama lsa.
Zakariyya dan lsya adalah suami istri yang saleh. Siang malam tak pernah terlewatkan untuk beribadah. Keduanya membaktikan diri untuk berkhidmat di Baitul Maqdis. Tempat ibadah di Yerusalem ini merupakan peninggalan Nabi Sulaiman.
Tak bosan-bosan Zakariyya berdakwah. la menyeru Bani lsrail supaya kembali kepada ajaran para nabi Namun, sampai berusia lanjut, hanya segelintir orang yang mau mematuhi seruannya.

Mendambakan Seorang Putra
Zakariyya menyadari usianya semakin senja. Umurnya sudah mencapai 120 tahun. lstrinya juga sudah lanjut. Umurnya tak kurang dari 95 tahun.
Ada kegamangan dalam diri Zakariyya. Siapa yang kelak akan melanjutkan perjuangannya? Rasanya sedih kalau perjuangan terhenti lantaran tak punya keturunan.
ltu sebabnya, Zakariyya sangat mengharapkan seorang anak. Tentu anak yang nantinya akan menjadi penerusnya. Setiap hari tiada henti ia bermunajat. Salah satu doanya memohon agar Allah mengaruniainya seorang putra. Putra yang kelak akan menjadi nabi seperti dirinya.
Kekhawatiran yang satu ini selalu mengganggu pikiran Zakariyya. Siapa yang akan memimpin Bani lsrail sepeninggalnya? Siapa yang akan membimbing mereka? Khawatir sebab Bani lsrail gampang tersesat. Dengan mudah, mereka bisa kembali menyembah berhala.
Sekarang saja, perilaku Bani lsrail bergelimang dengan kemaksiatan. Padahal, ia masih hidup. Dakwah tak pernah meredup. Bagaimana nanti kalau ia sudah tiada? Sangat mungkin mereka berani mengubah syariat Nabi musa. menambah-nambah atau mengurang¬ngurangi isi Taurat. hal ini bukan hal yang mustahil mereka lakukan.

Kelahiran Maryam
Setiap hari, Zakariyya pergi ke mihrab. Di sana, ia menjalankan shalat dan berzikir. Tak lupa, ia juga menyempatkan diri untuk menengok maryam. maryam dititipkan di mihrab supaya menjadi ahli ibadah.
Maryam adalah anak tunggal. la lahir dari pasangan ‘Imran dan Hannah. ‘Imran adalah seorang pemuka Bani lsrail. Sedangkan, hannah adalah sau¬dara ipar Zakariyya. lbunda maryam ini seorang yang mandul. Sekian lama menjadi istri lmran, belum jua dikaruniai anak.
Hannah merasa kesepian. Kebahagiaan rasanya tak lengkap bila belum punya anak. Kehadiran anak bisa menambah kehangatan keluarga. Saat sedih, anak bisa menjadi penghibur. Hidup tanpa anak terasa membosankan. Demikian yang dirasakan Hannah.
Hari-hari terus bergulir. Bulan berganti bulan. Tahun demi tahun terus berlalu. Umur memang bertambah. Tapi, ajal kian mendekat. Keinginan Hannah belum juga menjadi kenyataan. Bermacam cara telah dicoba. Segala nasihat telah dipraktikkan. Semua belum membuahkan hasil. Anak yang didamba tak kunjung ada. Memang manusia hanya berkeinginan, berencana, dan berusaha. Ketentuan ada di tangan Allah. Jika Dia belum menghendaki, apa pun pasti tak akan terjadi.
Kenyataan ini disadari pula oleh Han¬nah. Artinya, harapan tetap masih ada. Allah tempat bergantung semua makhluk. Bagi-Nya, mengaruniakan anak tidaklah susah. meskipun rambut sudah beruban dan kulit sudah berkeriput, mudah saja bagi Allah memberinya anak. Dia mahakuasa atas segala perkara.
maka, satu-satunya cara ialah ber¬doa. Siang malam tak pernah disia-siakan. Doa selalu dipanjatkan. Kehadiran anak tetap menjadi harapan. Dahi me¬nyungkur sujud. munajat dilakukan dengan khusyuk.
Bahkan, Hannah bernazar. Jika punya anak, ia berjanji akan menyerahkan anaknya ke Baitul magdis. Biar anaknya menjadi ahli ibadah. Biar anaknya yang mengurus dan menjaga Baitul magdis.

Kesabaran selalu membuahkan hasil.
Doa tak pernah percuma. Allah mengabulkan permohonan Hannah. Keinginannya segera menjadi kenyataan. Tanda-tanda kehamilan sudah tampak. Diawali dengan berhentinya datang bulan. Kemudian, mengidam. Dan tentunya perut yang membesar. Semakin lama perut istri lmran semakin besar. Keberadaan janin sudah dirasakan. Si janin sudah terasa bergerak-gerak. Bahagia sudah pasti dirasakan. Bertahun-tahun mengharap kehadiran anak. Tak lama lagi, jabang bayi akan lahir.
Bermacam persia pan telah dibuat Saat kelahiran semakin dekat Rasamu¬las semakin hebat Tak lama berselang, lahirlah Si jabang bayi. Suara tangis pun terdengar. Begitu tangis terdengar, Hannah segera bangun. Penasaran ingin melihat Si kecil. Seperti apa rupanya. Setelah diselidiki, ternyata yang lahir itu anak perempuan. Hannah kembali merebahkan tubuh. Perasaan kecewa terlintas di wajahnya. Berharap bayi laki-laki, ternyata yang lahir malah perempaun. Padahal, ia telah bernazar untuk mengabdikan anaknya di Baitul magdis. Tuhan, ternyata hamba melahirkan anak perempuan, keluh Hannah setelah mengetahui keadaan si anak. Kan, perempuan tidak sama dengan laki-laki?

Merawat Maryam
Maryam kemudian diserahkan kepada para pengurus Baitul magdis. Mereka berebut, semua ingin merawat Maryam, masing-masing menyatakan kesanggupannya. Para pengurus Baitul magdis itu tak ada yang mau mengalah. Masing-masing bersikukuh ingin merawat Maryam. Akhirnya, dibuatlah satu kesepakatan, mereka setuju untuk mengadakan undian. Walhasil, undian dimenangkan oleh Zakariyya. Begitulah bila Allah berkehendak. Maryam mesti mendapat pendidikan yang baik. Dan Zakariyya adalah orang yang paling tepat untuk mengemban tugas itu. Zakariyya merasa bahagia. Beruntung ia mendapat kesempatan untuk mendidik maryam. Sebab Maryam adalah anak saudaranya sendiri. Jadi, mengurus Maryam sama halnya dengan mengurus anak sendiri. Wajar kalau Zakariyya sangat menyayangi Maryam. Langkah pertama yang dilakukan Zakariyya ialah menjaga Maryam. Sejak dititipkan di Baitul magdis banyak sekali orang yang ingin menjenguk Maryam. Zakariyya harus menjaga Maryam. Jangan sampai terjdai hal-hal yang tidak diharapkan, maka Maryam ditempatkan di sebuah kamar. Kamar itu berada di sebuah loteng di Baitul magdis. Letaknya cukup tinggi dan hanya bisa dicapai melalui tangga. Zakariyya selalu memerhatikan Maryam. Setiap hari, ia menyempatkan waktu untuk menengoknya. la harus memastikan keadaan Maryam baik-baik saja. Keperluannya selalu diperhatikan. Zakariyya sangat senang mengerjakan tugas tersebut.

Bukan Wanita Sembarangan
Suatu hari, Zakariyya datang ke mihrab. Tiba di sana, ia merasa sangat heran. Terlihat Maryam berada di salah satu suaut mihrab. Maryam sedang khusyuk beribadah. Saking khusyuknya, sampai-sampai Maryam tak menyadari kehadiran Zakariyya. Di depan Maryam, terhidang aneka macam buah-buahan. Padahal, buah-buahan itu lazimnya ada pada musim panas. lnilah yang membuat Zakariyya heran.
Dalam hati, Zakariyya bertanya-tanya, dari mana huah-huahan itu? Siapa yang telah mengirimkannya? Bukankah saat ini masih musim dingin? Rasa penasaran demikian mengusik hati Zakariyya. Setahu dia, tak ada orang lain yang menjenguk Maryam. Rasanya tak sabar menunggu Maryam usai shalat.
Beberapa lama kemudian, Maryam selesai shalat. Setelah itu, barulah Zakariyya mendekat.
“Maryam, dari mana kau mendapat kiriman buah-buahan ini?” “Buah-buahan ini pemberian Allah.
Ananda mendapatkannya begitu saja. Ananda tidak mencari, juga tidak memintanya. Pagi hari saat matahari terbit Ananda sudah mendapatkan semua ini. Dan saat matahari terbenam, Ananda juga mendapatkan buah-buah lagi,”
“O, begitu ya?”
“Mengapa Bapak heran? Allah Mahakuasa. Apa pun bisa Dia lakukan. Apalagi, ini hanya sekadar memberi buah-buahan. Dia memberikan rezeki kepada siapa saja tanpa perhitungan.”
Mendengar penuturan itu Zakariyya berdecak kagum. Kasih sayang Zakariyya semakin bertambah. Bahkan, lebih daripada itu. Zakariyya sangat hormat kepada Miaryam. Ternyata, Maryam bukan wanita sembarangan. Maryam adalah wanita pilihan Allah. Wanita yang memiliki peranan besar untuk kehidupan umat manusia. Dari rahimnya kelak lahir seorang nabi, yaitu lsa.

—oOo—
Read More..

No comments:

Post a Comment