Maulid Nabi SAW
Maulid Nabi SAW
Maulid Nabi SAW
Pengajian Rutin

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ


Kalamullah
"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun." (Fathir: 28)

Sabda Nabi
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu maka barangsiapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. At Tirmidzi, dishahihkan Al Imam Al Albani)

Nasehat Salaf
"Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika kau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka." (Umar bin Abdul Aziz)
Rosulullah SAW Bersabda :"Barang siapa yang menyebut (berdzikir) kepada-Ku dalam kelompok yang besar (berjamaah), maka Aku (Allah) akan menyebut (membanggakan) nya dalam kelompok (malaikat) yang lebih besar (banyak) pula "(HR. Bukhari-Muslim)

Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail

Nabi Ibrahim

(Kekasih Allah yang Menjadi Bapak Para Nabi)

Ibrahim lahir di Babilonia. la adalah putra Azar bin Nahur. Lahir di Faddam Atram, Babilonia. Kala itu Babilonia dipimpin oleh seorang raja yang sangat. zalim, Namrud bin Kantan bin Kusy.
Babilonia adalah negeri yang kaya. Rakyatnya hidup makmur. Kehidupan mereka sangat sejahtera. Sandang dan pangan berlimpah. Pendek kata, materi serbaberkecukupan.
Sayangnya, kehidupan rohani penduduk Babilonia jauh dari agama. mereka tidak mengenal Allah. Padahal, segala kenikmatan itu berasal dari-Nya. Seisi alam ini, termasuk juga mereka, adalah ciptaan-Nya.
Penduduk Babilonia malah menyembah patung. Bermacam sesajen mereka persembahkan. Namun, sesajen selalu utuh. Patung-patung itu tak pernah sekali pun menyentuhnya.
Lucunya, patung-patung itu dibuat oleh mereka Sendiri. Bahannya pun bukan dari logam mulia. Patung-patung itu dibuat dari batu, lumpur, dan tanah.

Kehidupan Ibrahim
Ibrahim hidup di lingkungan yang buruk.la tinggal di tengah-tengah masyarakat bobrok. la dibesarkan oleh seorang ayah yang musyrik. Sang ayah adalah seorang pemahat. la sangat ahli membuat patung. Patung-patung ini dijual kepada penduduk Babilonia. Patung patung itulah yang kemudian dijadikan sesembahan.
Semasa remaja, Ibrahim suka keliling kota. la disuruh sang ayah untuk menjajakan patung-patung buatannya. Tapi, berkat bimbingan Allah, ia enggan menjual patung-patung itu. Dengan halus, ia menolak suruhan ayahnya. Namun, adakalanya ia merasa jengkel juga.
Siapa yang mau membeli batu yang tidak berguna ini?”katanya bersemangat.
Ibrahim tidak tertarik dengan kebiasaan penduduk Babilonia itu. la bahkan merasa heran. Kenapa patung-patung itu disembah. Patung-patung itu tak bisa berteduh saat kepanasan. Juga tak bisa berlari kala kehujanan.
Penyembahan berhala tak bisa diterima akal sehat menurut Ibrahim, kebiasaan penduduk Babilonia, termasuk ayahnya sendiri, sangat sesat Hanya orang-orang dungu yang melakukannya. mengagungkan benda mati jelas menunjukkan kebodohan. Terbetik dalam hati Ibrahim. la ingin menghancurkan patung-patung itu. Kemungkaran harus diberantas. Praktik penyembahan patung harus dikikis habis. Harapannya agar penduduk Babilonia kembali ke jalan yang benar.Hanya Tuhan Yang maha Esa yang berhak disembah. Dialah Pencipta jagat raya dan segala isinya.

Menyaksikan Kekuasaan Allah
Tekad Ibrahim sudah kuat Hatinya sudah bulat Kemusyrikan harus diberantas. Berhala-berhala harus dihancurkan. Jelas bukan pekerjaan mudah. Dibutuhkan keimanan yang kuat Segala keraguan harus dikikis dari hati Ibrahim. maka, berdoalah Ibrahim kepada Allah. la memohon supaya diperkenankan melihat kekuasaan-Nya.
“Ya Tuhan, perlihatkanlah bagaimana Engkau menghidupkan makhluk yang sudah mati,” demikian, suatu hari Ibrahim berujar.
“Apakah kamu belum yakin?” jawab Allah.
“Bukan begitu, ya Allah. Aku beriman kepada EngkauHanya saja, aku ingin sekali melihat hal itu dengan mata kepala Sendiri. Dengan demikian, aku tambah beriman. Hatiku semakin tenang,” jelas Ibrahim.
Keinginan itu dikabulkan. Kemudian, Allah menyuruh Ibrahim menangkap empat ekor burung. Setiap burung diberi tanda. Selanjutnya, burung itu dicincang. Bagian-bagiannya dicampur satu sama lain. Potongan tubuh keempat burung itu dibawa. Lalu, diletakkan di puncak empat buah bukit Keempat bukit itu letaknya berjauhan satu sama lain.
Allah mahakuasa atas segala Sesuatu. Tak ada yang sanggup menghalangi kehendak-Nya.Hanya dengan kata kun (jadilah), maka yang dikehendaki-Nya pasti terbukti.
Perintah dikerjakan sudah. Ibrahim kembali ke tempat semula. Kemudian, Allah memberikan titah kepada Ibrahim. la disuruh memanggil burung-burung itu.
Alhasil, dengan izin Allah burungburung itu hidup kembali. Semuanya utuh seperti sediakala. Tak kurang satu apa pun. Hebatnya lagi, bagian-bagian burung tak ada yang tertukar.
Burung-burung itu kemudian terbang. lbrahim berteriak memanggil. Burungburung itu pun menukik. Semua menghampiri lbrahim. mereka hinggap di Sebuah pohon di dekatnya.
Allah mahakuasa. menghidupkan yang mati sangaHah mudah bagi-Nya. lbrahim telah melihatnya
Sendiri. Bagaimana Allah menghidupkan burung-burung yang sudah mati. Padahal, burung-burung itu
telah dicincangnya. Potongan-potongan tubuhnya dicampur satu sama lain. Dan kemudian, disimpan di
puncak empat bukit yang berbeda. Keinginan lbrahim telah terpenuhi.
Keraguan tak bersisa lagi. Hatinya kian mantap. Keyakinannya semakin kuat Keimanannya bertambah hebat Semangat juangnya semakin berkobar.

Berdakwah kepada Sang Ayah
Azar tidak hanya pembuat patung. Ayah lbrahim ini juga penyembah patung. Keadaan ini sangat memprihatinkan. Bagaimana ia mendakwahi orang lain, sementara ayahnya sendiri sama seperti
Dakwah dimulai dari orang terdekat Ya, itulah yang pertama dipikirkan lbrahim. Sebelum berdakwah kepada penduduk Babilonia, ia harus menyadarkan dulu sang ayah.
Berdakwah kepada sang ayah? Tentu bukan perkara gampang. Sikap dan ucapan harus hati-hati. Sebab bagaimanapun Azar adalah ayahnya. Azar mesti diperlakukan dengan hormat
memang sulit Di satu Sisi, lbrahim harus tegas. Tapi, di sisi lain yang dihadapinya bukan orang lain. Ayah kandung Sendiri.la juga tak ingin menyakiti perasaan sang ayah.
Baik buruk Azar adalah ayahnya Sendiri. lbrahim sangat mengharapkan ayahnya beriman. Harapannya begitu besar. Tiada bosan ia memberinya nasihat Kembali kepada Allah adalah jalan selamat Tidak hanya bagi Azar, tapi juga untuk semua umat Demikian, lbrahim memberi nasihat. Bukannya sadar, Azar malah murka. Nasihat lbrahim membuat wajahnya merah padam. Kedua matanya melotot Urat-urat lehernya menegang. Azar mendamprat lbrahim. Kata-katanya sangat kasar.
Azar sangat terpukul. Ternyata, anaknya tak bisa diharapkan. la menganggap lbrahim anak durhaka. Lebih dari itu, anaknya telah berani menghina kepercayaan leluhur. Salah-salah ia sendiri juga kena kutuk.
‘‘Sungguh lancang! Hai, lbrahim, kamu ini tahu apa,”
“maaf, Ayah, Ananda hanya menjalankan tugas. Kembalilah kepada Allah. Tinggalkanlah patung-patung itu.” ‘‘Lancang! Berani sekali kamu menghina tuhan-tuhan kami. Siapa Allah?”
‘‘Dia adalah Tuhan semesta alam. Dia yang menciptakan segala yang ada.» .
‘‘Kamu sudah membuat Ayah marah.
Berhentilah mencerca tuhan-tuhan kami. Jika tidak, enyahlah kamu dari hadapanku!”
Nabi lbrahim tidak sakit hati. Dengan sabar, ia menerima kemarahan sang ayah. Kata-kata sang ayah tidak membuatnya gusar.
‘‘Ayah, berimanlah! meski Ayah marah, Ananda akan tetap memohonkan ampunan untuk Ayah.”
“Pergi”
‘‘Baik, Ayah. Ananda akan pergi. Sekali lagi Ananda mengajak. Tinggalkanlah ajaran leluhur yang sesat itu.
Nabi lbrahim membalikkan badan. la bergegas keluar rumah. Hatinya sangat sedih. Sang ayah tetap bersikukuh dengan kemusyrikannya. Di Pihak lain, sang ayah juga tampak sedih. Bagaimanapun
ia telah kehilangan anak yang disayanginya.
manusia hanya berusaha. Usaha Nabi lbrahim sudah maksimal. Namun, Allah jua yang menentukan. Kegagalannya dihadapi dengan sabar. Kendati begitu, Nabi lbrahim tetap saja bersedih. Sebagai anak, ia sangat ingin menyelamatkan ayahnya.
Nabi lbrahim tidak larut dalam kesedihan. Biarlah persoalan ayahnya terserah kepada Allah. Perlakuan sang ayah tidak mengendurkan semangatnya. Sikapnya tetap teguh untuk menyebarkan pesan-pesan Allah. Tauhid pasti mengalahkan kemusyrikan.

Menghadapi Raja yang Zalim
Raja Namrud memerintah dengan kejam. Semua orang harus taat Tidak boleh membangkang. Titahnya adalah undang-undang. Ucapannya adalah perintah. Apapun keinginannya wajib di-laksanakan. Tak boleh ada tawar-menawar. Bila ada yang berani macammacam, nyawa taruhannya. Rakyat hidup bagaikan budak.
Keadaan itu tidak membuat Raja Namrud puas. la merasa dirinya layak disembah. la ingin dipertuhankan. la berpikir, rakyat pasti mau menyembahnya. Patung-patung yang tak bernyawa saja disembah, apalagi raja yang sangat berkuasa.
‘‘Siapa Tuhanmu?’‘ suatu ketika Raja Namrud bertanya kepada lbrahim.
‘‘Tuhanku adalah Allah. Dialah yang menghidupkan dan mematikan.’‘
‘‘Kalau hanya itu aku juga bisa. menghidupkan dan mematikan itu gampang.”

Raja Namrud kemudian menghadirkan dua orang pesakitan. Dia menyuruh algojo untuk memenggal yang seorang. Sementara yang seorang lagi dibiarkan. Lucu memang. menghidupkan itu tidaklah Sama dengan membiarkan Hidup.

Menghancurkan Patung-Patung lbrahim berdakwah tak kenal lelah. Dalam berbagai kesempatan, ia berkhutbah. Kadang-kadang mengajak penduduk Babilonia berdialog. lsinya tentu saja seputar masalah tauhid.
Tak jarang juga terjadi perdebatan. Namun, bantahan-bantahan lbrahim membuat mereka bungkam. Setelah itu, mereka berkilah bahwa mereka hanya mengikuti leluhur.
Berdebat ternyata tak membuahkan hasil. Penduduk Babilonia keras kepala. Penjelasan apa pun tak jua diterima. Alasan mereka hanya satu. mengikuti kebiasaan leluhur. mereka melakukan semua itu Secara turun-temurun.
Alasan ini pun sebenarnya sudah dibantah. Berkali-kali lbrahim mengatakan gunakan akal sehat. tidak semua yang berasal dari leluhur mesti diturut. Kalau benar, silakan ikuti. Tapi, ka- lau salah, ya jauhi. Mengikuti yang salah berarti sama salahnya. Jadi, tidak usah ikut-ikutan sesat.
Kata-kata tak digubris. Betapapun jelas dan lugas. Namun, lbrahim tidak kehilangan akal. Ada rencana lain. Ya, penduduk Babilonia memerlukan bukti, begitu pikir lbrahim.
Orang-orang Babilonia mempunyai suatu tradisi. Setiap tahun mereka pergi ke luar kota. Mereka ber-angkat bersama-sama. Mereka berseru mengingatkan orang banyak. Orang-orang beramai-ramai meninggalkan rumah.
Tak terkecuali lbrahim juga diajak. Dengan halus, ia menolak ajakan itu. la lebih memilih tinggal di rumah. la berkilah, lagi malas keluar rumah.
Orang-orang berangkat. Tempat yang dipilih biasanya padang terbuka. Di sana mereka membuat kemah. Tak lupa mereka juga membawa bekal. Makanan dan minuman yang enak-enak.
Tiba saatnya, makanan dan minuman dihidangkan. Orang-orang Babilonia bersukaria. Segala kesusahan terlupakan.

Di tempat lain, lbrahim sendirian. Keadaan sangat sunyi. Sesekali terdengar burung-burung bernyanyi. Daun-daun gemerisik. Angin bertiup menelisik. Kota benar-benar telah menjadi sepi. Semua orang pada pergi. Lamanya bisa berhari-hari.
“Ini kesempatan,” ujar Nabi lbrahim
Dipanggulnya sebilah kapak. lbrahim pergi beranjak. la berjalan penuh semangat. Langkah kakinya begitu cepat Ditujunya sebuat tempat.
Tibalah lbrahim di tempat yang dituju. Tak ada penjaga. Juru kunci juga pergi. Yang terlihat hanya deretan patung-patung. Berjajar rapi seperti Sisir. Di samping patung-patung itu, terhidang sesajen. Masih utuh. Tak satu pun patung yang menyentuh.
lbrahim tersenyum.la merasa geli. Hai, patung-patung. Mengapa diam saja? Tuh, ada makanan yang enak,”
Tak ada jawaban. Memang patung tak bisa bicara. Patung-patung itu kemudian ditampar. Yang lainnya ditinju. Sebagian lagi ditendang. Tak ada perlawanan. jangankan membalas, mengelak pun tidak.
Akhirnya, Ibrahim mengayunkan kampak. Braaak . ..!Sebuah patung dihantam. Patung itu berantakan. Hancur men!adi potong-potongan. Braaak .. ! Kapak kembali menghantam. Patung yang satunya lagi roboh.
Demikian, dengan patung-patung berikutnya. Semua dihancurkan. Hanya .satu yang tersisa, patung yang paling besar. Sengaja dibiarkan oleh Ibrahim. Akankah orang-orang mengira patung besar ini telah membuat ulah? Agar lebih meyakinkan, ia mengalungkan kapak di pundak patung besar itu.

Dibakar Hidup-Hidup
Keesokan harinya, saat .semua orang hendak beribadah. Alangkah terkejut mereka. Tuhan-tuhan mereka sudah berantakan. Di sana sini puing-puing berserakan.
mereka keget bercampur marah.
“ Siapa yang melakukan semua ini?” “Sungguh berani dia” kata seseorang. “Benar, kita harus menghajarnya Siapa pun dia!” teriak yang lain.
“Ini pasti ulah orang yang tidak suka kepada patung-patung ini.”
“Benar, benar! Tapi, siapa gerangan?”tanya seseorang penasaran.
“Saya tahu! Saya tahu!” kata seseorang sambil mengepalkan tangan.
“Ya, siapa? Ayo, .sebutkan! Nggak perlu takut! Kami siap membela!” Serempak orang-orang melihat ke arah-nya. “lni pasti perbuatan si lbrahim!” “Benarkah? Apa buktinya! “Soalnya, ia sering menghina tuhan- tuhan kita. la sangat membenci patungpatung itu.’,
“Benar !uga. Siapa lagi kalau bukan dia. Hanya dia yang membenci patung-patung itu.”
“Pasti dia! Hanya dia yang tinggal di kota! Semua pada pergi, bukan!
masyarakat gempar. Umpatan keluar dari sana-.sini. Orang-orang membicarakan Ibrahim. mereka sangat kesal dan geram. Gerutu, omelan, kutukan terdengar di sana – .sini.
“Sungguh lancang,, kata s.seorang . “lni penghinaan!” timpal yang lain.
“T uhan-tuhan kita akan membalasnya.”
“Kita seret saja Ibrahim. Kita bawa dia ke tempat terbuka. Biar semua orang bisa melihat tampangnya. la harus dihukum!,,
“Setujuuu … !, yang lain mengiyakan. Penduduk bergerombol. Beramai-ramai mereka pergi. mereka menya- troni rumah Nabi lbrahim. Suara mereka terdengar riuh. Pintu rumah digedorgedor.
“lbrahim keluar kau!” mereka berteriak-teriak.
Terdengar pintu dibuka. lbrahim keluar. Wajahnya tampak tenang. Sekilas pun tak terlihat ketakutan.
“Ada apa?” tanyanya sambil mengumbar senyum.
“Kamu ikut dengan kami!” hardik seseorang.
“Kamu akan diadil!” sambung yang lain.
“Memang kenapa?’’
“Nanti, kami jelaskan, Sekarang kamu harus ikut!”
Pengadilan segera dijalankan.lbrahim diarak keliling kota. la dibawa ke .sebuah tempat terbuka. Di sana, orang-orang sudah berkerumun. rnereka ingin menyaksikan apa yang akan terjadi.
lbrahim diam .saja. Dalam hati, ia berpikir, Ini kesempaf.an. Banyak orang berkumpul di Sini. Akan kutunjukkan bahwa patung-patung itu memang tak berguna. tak bisa bebhuat. apa-apa.
Para hakim sudah duduk berjajar. rnereka siap menjatuhkan hukuman. “mana lbrahim? Suruh duduk di kursi pengadilan,” kata hakim ketua mengawali persidangan.
lbrahim berjalan seraya duduk. Langkahnya tegak. Wajahnya tetap tenang.
‘‘Huuu … ,” .serempak hadirin meneriakinya. Umpatan dan cacian terdengar di sana sini.
“Hadirin dimohon tenang! Sidang akan segera dimulai!” Hakim mengetukkan palu sidang.
Keadaan berubah tenang. Semua mata tertuju ke arah lbrahim.
“Namamu lbrahim?” tanya hakim. lbrahim menganggukkan kepala. “Kamu yang telah merusak patung-
patung itu?”
‘‘patung besar itu yang melakukannya. Lihat saja di pundaknya ada kapak. Saudara-saudara bisa menanyainya.”
Para hakim terdiam. Sejenak suasana hening. Orang-orang saling pandang. Ada yang berbisik-bisik. Ada yang mengerutkan kening. Jawaban lbrahim ini sangat menohok. Tersirat ejekan di dalam jawaban itu. Seolah-olah, lbrahim mengatakan kalau benar patung besar itu tuhan, tentu ia bisa memberi penjelasan.
‘‘Kayak enggak tahu saja. Patungpatung itu, kan, tidak bisa bicara,” seorang hakim memecah keheningan. ‘‘Tidak bisa bicara. Lalu, kenapa kalian memohon kepada patung-patung itu? Lihat saja. Patung-patung itu tak bisa berbuat apa-apa. Jangankan melindungi kalian, membela diri saja tidak becus. Kalian lihat sendiri patung-patung itu telah rusak. Tubuh mereka hancur berkeping-keping. Tak ada gunanya kalian menyembah patung-patung yang lemah itu. Bodoh kalau orang mau menyembah patung. Coba gunakan akal sehat Setan telah memperdaya kalian. Sadarlah. Kembalilah kepada Allah. Dialah Tuhan Yang maha Esa. Dialah yang layak disembah”
Para hakim bungkam. Hadirin terdiam. mereka bersungut-sungut Sedikit pun tak bisa menjawab.
Kendati begitu, palu sidang tetap diketuk. Keputusan dibuat jua. lbrahim dinyatakan bersalah. Balasannya ialah hukuman mati. lbrahim harus dibakar hidup-hidup. Kesalahan lbrahim sangat besar. Tak bisa lagi dimaafkan.
“Kita harus membela tuhan-tuhan kita. Tunjukkan kesetiaan kepada tuhan-tuhan kita. mari kita bakar lbrahim!” kata para hakim.
lbrahim digiring. la dibawa ke tempat eksekusi. Setiap orang membawa kayu bakar. mereka ingin menunjukkan kesetiaan kepada tuhan-tuhan mereka. Para wanita hamil turut membantu. Tak ketinggalan juga orang-orang sakit masingmasing membawa kayu bakar. Yang hamil ingin dilancarkan persalinannya. Yang sakit ingin disembuhkan. Pendek kata, mereka berharap mendapat berkah dari tuhan-tuhan mereka.
Tak memakan waktu lama, kayu bakar pun sudah menggunung. Eksekusi segera dijalankan. lbrahim Siap dipanggang.
Prosesi pembakaran dimulai. lbrahim dimasukkan ke dalam tumpukan kayu bakar. Lalu, seorang petugas menyalakan api.
Api pun menyala. merambat memakan kayu bakar. makin lama makin besar. Kobarannya menjilat- jilat Semua mata melihat api menjalar mendekati lbrahim.
Akan tetapi, ia tetap tenang. Hatinya bertawakal. la yakin, Allah tak akan membiarkannya. Dia pasti menolong orang yang berjuang di jalan-Nya.
“Hei api, jadilah dingin! Jadilah keselamatan bagi lbrahim,” demikian Allah berfirman.
Sungguh sebuah mukjizat Panas api berubah menjadi dingin. Tapi, tak membuat lbrahim mati kedinginan. Dengan kata lain, lbrahim tidak hangus terbakar juga tidak beku kedinginan.
Api mulai mengecil seiring dengan habisnya kayu bakar. Sampai akhirnya, padam sama sekali.
‘‘lbrahim pasti gosong,” kata seseorang.
Setimpal dengan perbuatannya. Dia memangpantas mati, jawab yang lain.
Namun, apa yang terjadi? Dari balik kepulan asap, muncul seseorang. Perlahan-lahan, berjalan. Sosoknya makin jelas. Ternyata, yang keluar ialah lbrahim.
Semua terpana. mata orang-orang melotot Seakan tak percaya dengan penglihatannya. lbrahim masih hidup. Pakaiannya masih utuh. Tak kurang satu apa pun. Hanya saja tangannya sudah tak terikat Tali yang mengikatnya sudah hangus.
‘‘Tidak mungkin! lni pasti bukan lbrahim,” seseorang bergumam sambil menggosok-gosok kedua matanya.
‘‘ mungkin, ini orang yang mirip dengan lbrahim,,” tambah yang lain.
Namun, keraguan segera sirna. Setelah dekat, semuanya menjadi jelas. Orangnya masih sama. Bajunya juga tak berubah. lni benar-benar lbrahim.
Beberapa orang mulai meragukan tuhan-tuhan mereka. mereka mulai yakin bahwa tuhan-tuhan itu tak berdaya sama sekali. Bahkan, sekadar menghabisi nyawa orang yang sudah merusaknya. Padahal, parung-patung itu dibantu oleh para penyembahnya.
lbrahim benar-benar seorang nabi. Dan ini sudah terbukti Banyak orang menjadi saksi. Dibakar hidup-hidup, lbrahim tidak mati. Sungguh, ini suatu mukjizat yang sangat berarti.
Lain halnya, para pemuka masyarakat mereka tampak kecewa. malu, marah, dan geram bercampur aduk. Sia – sia sudah usaha mereka selama ini.
Keyakinan masyarakat mulai goyah. Hati mereka mulai terbuka. mereka mulai memikirkan ajakan lbrahim. Tak sedikit pula yang beriman. Tapi, belum berani menyatakan keimanannya. masih ada kekhawatiran. mereka takut mendapat kesulitan. Sebab, bukan tidak mungkin para pembesar itu akan menghukum mereka.

—oOo—

Nabi Ismail

(Anak Berbakti yang Rela Disembelih)

Setelah berdakwah di Babilonia, Nabi lbrahim bermaksud Pindah ke Dalestina. maka, ia pun berangkat ditemani Siti Sarah dan Siti Hajar. Namun, untuk beberapa lama ia dan keluarganya tinggal di Mesir.
Selama di mesir, Nabi lbrahim giat bekerja. Dari hasil kerja keras itu, ia memiliki sejumlah harta. Setelah dirasa cukup, ia pun melanjutkan perjalanan ke Palestina. Semua harta yang berharga ia bawa. Tak ketinggalan pula ternakternaknya. mereka kemudian meninggalkan mesir menuju ke Palestina.

Hajar Menyembunyikan Kehamilan
Hajar tengah mengandung. la bermaksud menyembunyikan kehamilan. la tak mau Sarah mengetahui kehamilannya. Sebab kalau ketahuan, Sarah akan cemburu kepadanya. Akhirnya, rahasia itu ketahuan jua. Sarah mengetahui kehamilannya. Bisa dibayangkan, bagaimana perasaan Sarah waktu itu. Sekian lama Sarah hidup bersama dengan Nabi Ibrahim. Tetapi, ia belum jua dikaruniai momongan. Sementara, kini Hajar sedang mengandung anak dari Nabi lbrahim.
Wajar bila Sarah merasa cemburu. Sebagai wanita, ia merasa tersisih. Apalagi, kini perhatian suaminya lebih banyak tercurah kepada Hajar. Sarah merasa kalah. Padahal, Hajar tidak lebih baik daripada dirinya. Sebelumnya, Hajar adalah seorang pelayan. Nabi lbrahim mendapatkan Hajar sebagai hadiah dari mesir.
Sarah merasa tak diacuhkan. Hari-hari Nabi lbrahim lebih banyak dihabiskan bersama Hajar. Wajar-wajar saja sebena- rnya. Sebab, Nabi Ibrahim memang sangat menginginkan anak. Hatinya gembira tiada terkira. Sebab, ada keturunan yang akan menjadi pelanjutnya.
Kegembiraan Nabi Ibrahim membuat Sarah panas. Sikapnya terhadap sang suami mulai berubah. Hubungan keduanya agak terganggu. Sang istri cemburu berat. Sedangkan, sang suami lebih asyik dengan istri keduanya. Siti Sarah berusaha menguatkan diri.
Namun, perasaan cemburu makin bertambah. Makin hari makin menghebat la merasa tidak tahan. Sampai akhirnya, Sarah mengajukan sebuah permintaan kepada Nabi lbrahim. la minta supaya Hajar dijauhkan dari dirinya. Ternyata, Allah punya rencana lain.
Ada hikmah di balik semua itu. Namun, ketika itu Nabi lbrahim, Sarah, dan Hajar masih belum menyadarinya. Allah kemudian menyampaikan wahyu kepada Nabi lbrahim. Allah menyuruhnya supaya keinginan Sarah itu dipenuhi. Hajar harus segera dibawa pergi.
Pasrah. Hanya itulah yang bisa dilakukan Nabi lbrahim. Tak mungkin, ia menentang ketentuan Allah. Betapapun sayangnya kepada sang istri, Hajar dan buah hati, lsma’il.

Ditinggal di Tempat yang Gersang
Waktu yang ditentukan pun tiba. Nabi lbrahim berkemas-kemas. Setelah itu, bersiap-siap untuk berangkat la meninggalkan rumah membawa Hajar dan lsma’il. mereka menunggangi unta. Tak jelas arah yang dituju. Nabi lbrahim hanya bisa bertawakal. Sepenuhnya, ia berserah diri kepada Allah. Hanya ada satu keyakinan. Tak mungkin Allah menelantarkan hambaNya.
Unta berjalan. Sepertinya menuju ke suatu arah. Akan tetapi, Nabi lbrahim belum tahu. Ke tempat mana unta itu akan menuju. Unta berjalan dan terus berjalan. Jarak teramat jauh. Ketiga penunggangnya sabar mengikuti. Keluar kota, masuk kota. Lalu, melewati padang pasir yang luas. Nyaris tak ada kehidupan. Terik matahari begitu menyengat Tubuh terasa panas. Wajah menjadi hitam terbakar terik matahari. Belum lagi angin kencang. Debu membumbung tinggi. mata kelilipan. Jalanan tak terlihat berminggu-minggu, unta ber jalan.
Penat dan lelah tak terlukiskan. Akhirnya, Nabi lbrahim dan kelua rga sampai di tempa t makkah, demikian nama tempat itu. Unta yang membawa mereka berhenti di sana. Lelah masih belum hilang. Perintah Allah sudah datang. Di makkah, Hajar dan lsma’il harus ditinggalkan. Padahal, tempat itu sangat gersang. Tak ada air dan kehidupan. Tak terlihat hewan dan tumbuhan.
Siapa yang tega meninggalkan orangorang tercinta di tempat seperti itu? Pun Nabi Ibrahim Hati terasa berat Tak tega membiarkan mereka Apalagi, tak ada perbekalan yang cukup Hanya makanan seadanya yang masih tersisa Satu dua hari mungkin bisa bertahan Selanjutnya? Nabi Ibrahim ngeri juga membayangkan keadaan istri dan anaknya. Bagaimanapun cemasnya Nabi Ibrahim, ia harus tetap tegar Toh, semua ini adalah perintah Allah Kesedihan memang wajar Tapi, larut dalam kesedihan jelas tidak dibenarkan Nabi Ibrahim hanya bisa berpasrah diri
Nabi lbrahim membalikkan tubuh Tali kekang sudah dipegang Hanya satu pesan yang ia sampaikan Sabar Demikian, kata-kata Nabi Ibrahim sebelum pergi meninggalkan keluarga yang dicintainya. Tentu saja, Hajar sangat terkejut masa ia dan si kecil, lsma’il, ditinggalkan di tempat tersebut Tidak ada air, tak ada yang bisa dimakan Hanya pasir yang membentang di hadapannya Padang pasir yang begitu luas Hajar memelas Air matanya mengucur deras Gamis Nabi Ibrahim dipegangnya erat-erat Hajar memohon agar tidak ditinggalkan Tempat itu begitu gersang Tak ada kehidupan Padahal, ia harus mengurus anak Si kecil, lsma’il, masih membutuhkan susu dan makanan Dari mana semua itu bisa ia dapatkan, sedangkan tempat itu begitu lengang.

Nabi Ibrahim hanya mendengarkan. Batinnya merasakan beban yang sedemikian berat Tangisan dan keluhan Hajar membuat suaranya serak Kerongkongan terasa kering Hati tak tega meninggalkan anak dan istrinya di tempat seperti itu. Namun, Nabi Ibrahim sadar Itu kehendak Allah Pasti ada hikmah di balik semua itu Tak mungkin Dia menelantarkan hamba-Nya Hatinya yakin bahwa Allah akan melindungi keluarganya. Perlahan-lahan, Nabi Ibrahim berkata, suaranya datar nyaris tak terdengar
“Dinda sayang, ini kehendak Allah
Seyogianya Dinda bertawakal kepadaNya Yakinlah akan rahmat-Nya T ak mungkin Dia menelantarkan hambaNya”
“Benarkah? Benarkah Allah yang menyuruh Kanda melakukan hal ini?”
“Benar, Sayang Allah yang menyuruh Kanda membawa Dinda dan lsma’il ke sini Kalau bukan perintah-Nya, tak mungkin Kanda tega melakukan semua ini. Kanda amat sayang kepada kalian. Apalagi, kepada lsmatil. Kanda pasti sangat merindukannya. Percayalah, Allah maha Penyayang. Tidak mungkin Dia melantarkan kalian.”

Hajar merasa lega. Perlahan, genggaman tanganya dilepaskan dari gamis Nabi lbrahim. Kini, wajahnya tampak tegar. Kata-kata sang suami membuat hatinya tenang. Percaya kalau suaminya sangat sayang. Yakin kalau Allah maha Penyayang. Nabi lbrahim kemudian berangkat Hatinya masih tertambat Sungguh kepulangan terasa begitu berat Bahkan, lebih berat ketimbang saat berangkat Tapi, begitulah Allah berkehendak. la tak bisa mengelak.
Perlahan, unta berjalan. Nabi lbrahim pulang kembali ke Palestina. Tatapan istrinya turut mengantar. Sejurus kemudian, ia pun menghilang. Sosoknya ditelan kejauhan. Hati Hajar miris. Derai air mata membasahi pipi. Tak terbayang bagaimana nasib diri dan anaknya nanti Hatinya semakin sedih. Terlebih saat melihat si kecil.
Di perjalanan, tiada hentinya Nabi lbrahim berdoa. la memohon agar Allah melimpahkan rahmat dan rezeki kepada Hajar dan lsma’il.
“Ya Allah, hamba tinggalkan kelua rga hamba di lembah yang gersang. Tak ada tanaman, tak ada binatang. mohon kiranya mereka dan keturunannya rajin .shalat dan beribadah. Ya Allah, karuniailah mereka rezeki. Berilah mereka buah-buahan yang lezat. mudah-mudahan mereka bersyukur.”

Sumur yang Tak Pernah Kering
Tinggallah Hajar dan lsma‘il berdua. mereka berada di tempat yang terpencil. Sangat jauh dari perkampungan. Keadaan begitu sepi. Tak ada siapa-siapa. Jangankan manusia dan hewan, tumbuhan saja tidak ada.
ltulah sebuah kenyataan. Hajar harus menghadapinya. Sepahit apa pun.la harus menerima ketentuan Allah. menerima dengan sabar dan tawakal. Sabar menghadapi keadaan. Tawakal menyikapi kenyataan. Hanya itu yang bisa dilakukan. Sabar berarti tidak berkeluh-kesah.
Apalagi, sampai berputus asa. Bukan hanya itu, melainkan sabar juga mengharuskan ikhtiar. lkhtiar diwujudkan dalam bentuk doa dan usaha. memang manusia hanya bisa berikhtiar. Selebihnya, Allah yang menentukan.
lkhtiar harus maksimal Setelah itu, barulah bertawakal Apapun hasilnya terserah kepada Allah Allah yang menentukan Manusia hanya menerima ketentuan. Beberapa hari kemudian, persediaan bekalsudah habis Tak ada lagi makanan dan minuman Hajar kebingungan Ke mana ia harus mencari makanan Kebingungan bertambah manakala terdengar tangisan lsma’il kehausan. Beban hidup terasa sangat berat Mengurus anak sendirian Sekarang, si kecil mulai rewel Si kecil ingin menetek Sementara, air susunya mengering.

Si Kecil, lsma’il, terus menangis. la merasa lapar dan haus Hajar semakin bingung Bagaimana menenangkan si kecil Suara tangis membuatnya panik Hatinya bagai disayat-sayat pedih, tak tega melihat lsma’il kehausan. Hajar melirik ke kanan dan kiri ‘ma tanya ke sana kemari la mencari-cari Air.
Begitu gigih Hajar la berlari menuju Bukit Shafa Barangkali bisa mendapatkan sesuatu di sana Tapi, harapan tinggal harapan Sampai di Bukit Shafa ternyata tak ada apa-apa Tak ada air setetes pun Hanya pasir dan batu yang ditemukan
Dari Bukit Shafa, Hajar melihat ke bawah Seperti ada air Hatinya sangat girang Buru-buru, ia menuruni Bukit Shafa Sampailah ia di Marwah Di sana pun tidak ada air Yang dilihatnya ternyata hanya fatamorgana.
Kejadian itu terus berulang Hajar bolak-balik. Tujuh kali ia berlari antara Bukit Shafa dan Marwah Sampai akhirnya, ia duduk termenung Lelah mulai terasa Kaki pegal-pegal Kerongkongan terasa kering
Tak ada lagi yang bisa dilakukan Hajar hampir berputus asa Sekuat tenaga ia telah berusaha Akan tetapi, air tak jua didapat Harapan tinggalsatu, yaitu rahmat Allah
Pasrah Demikian yang bisa dilakukan Siti Hajar la duduk termenung Tiba-tiba datanglah Malaikat Jibril “Nyonya ini siapa?’‘ tanya Jibril kepada Hajar
“Saya istri Nabi lbrahim”
“Di sini sendirian? Kepada siapa Nyonya dititipkan?’‘
“Hanya kepada Allah’‘
“Pasti Nyonya akan baik-baik saja
Sebab, Nyonya dititipkan kepada Allah Dia itu Maha Penyayang Semua kebutuhan Nyonya dan anak Nyonya akan dipenuhi Dijamin tidak akan telantar.
Jibril kemudian memberi isyarat agar Hajar mengikutinya. mereka tiba di suau empa Di tempat. itu Jibril kemudian menjejakkan kakinya kuta-kuta tiba-tiba keluarlah air. Air itu memancar dari bekas telapak kaki Jibril.
Bening, jernih, dan menyegarkan. Demikian, air mengalir deras. Sumber mata air ini kemudian diberi nama zamzam. masih ada sampai sekarang. Setiap musim haji, air ini diminum oleh juatan manusia. Para jamaah haji pasi ingin mencicipi air zamzam. mereka rela berdesak desakan. Ajaibnya, sumur zamzam tak pernah kering. Bisa dibayangkan, betapa senang Hajar. matanya takjub meliha air yang berlimpah. Kini, hatinya merasa lega. Harapan kembali umbuh.
Hajar menghambur ke arah mata air iu. Segera ia membasahi bibir Si kecil. Air zamzam membuat lsmail tenang. tidak lagi terdengar tangisan. Wajah lsmail pun terliha segar. Perasaan senang Hajar tak tergamba rkan. lbu mana yang idak senang melihat buah hatinya bahagia. Derita kehausan telah sirna. Bayang-bayang kematian hilang sudah. Dertia kini bergani bahagia. Semua berkat anugerah Allah Yang mahakuasa.

Zamzam benar-benar sumur ajaib.
Sebuah mukjiza yang membawa berkah. tidak hanya bagi Hajar dan lsmail, tapi juga bagi makhluk yang lain. tak lama berselang, burung-burung berdatangan. Keberadaan burung-burung ini memberi pertanda. Ada air di padang pasir. Sekelompok orang mendatangi tempa iu. mereka adalah bangsa Arab dari suku Jurhum. Ketika iu mereka sedang berkemah. mereka melihat burung-burung beterbangan. Berdasarkan pengalaman, pasti di sana ada sumber air.
Kemudian, diutuslah beberapa orang. mereka ditugasi unuk memeriksa keadaan. Berangkatlah mereka menuju tempa tersebut Dan mereka kembali membawa berita gembira. Ada sumber air. mereka kemudian bercerita perihal sumur zamzam, Hajar, dan lsmail. Orang-orang Jurhum iu melonjak kegirangan. Girang sebab air sangat langka di padang pasir. Akhirnya, mereka pun berpindah. Perkemahan mereka dibuat tak jauh dari sumur zamzam. Hajar sangat senang. Sekarang, ia idak sendirian. Banyak orang berdatangan. tempat yang tadinya sepi kini menjadi ramai. Tiada hentinya Hajar bersyukur.
Segala puji ia panjatkan. Berkat rahmat Allah, makkah yang gersang telah berubah. Yang tadinya sepi, kini menjadi rama. Dari hari ke hari, makin banyak orang yang tinggal di sana. Sungguh makkah penuh dengan berkah. Buah kesabaran wanita teladan bernama Hajar.

Isma’il Siap Dikurbankan
Sesekali, Nabi lbrahim pergi ke makkah. la ingin memastikan keadaan istri dan anaknya. Tentu, lbrahim juga ingin melepas rindu. Lama tak bersuda dengan dua orang yang dikasihinya. Hajar dan lsma/il hidup bahagia.lsma‘il tumbuh menjadi anak yang sehat Otaknya cerdas. Pribadinya santun. Banyak orang yang menyukainya.
Singkat cerita, lsma’il beranjak remaja. Ujian datang lagi. Nabi lbrahim bermimpi. mimpi bukan sembarang mimpi. Bagi seorang nabi, mimpi merupakan wahyu. Kali ini, mimpi Nabi lbrahim berisi perintah. Bukan sembarang perintah. la harus mengorbankan anak kesayangannya. Isma’il harus disembelih Tak ada pilihan. Nabi Ibrahim harus menjalankan perintah itu.
Nabi Ibrahim duduk termenung. Betapa berat ujian yang dihadapinya. Siapa tega menyembelih seorang manusia. Apalagi, yang harus disembelih itu anak Sendiri. Bertahun-tahun, Nabi Ibrahim mengharapkan keturunan. Seorang anak yang akan melanjutkan jejak perjuangannya. Kini, ha rapan telah terwujud. Harapan telah menjadi kenyataan. Bahkan, lsma’il telah beranjak remaja. Sudah bisa membantu. lkut bekerja. Tiba-tiba, sekarang harus mengorbankannya. Bukan oleh orang lain, melainkan oleh tangannya Sendiri. Sungguh cobaan yang maha berat.
Perintah adalah perintah. Tak mungkin Nabi Ibrahim mendurhakai Allah. la adalah seorang nabi. memberi teladan adalah tugasnya. Oleh karena itu, ia harus menjalankan perintah itu. Cinta kepada Allah ha rus melebihi cinta kepada anak dan istri.
Cinta kepada Allah harus diutamakan. Dan menjalankan perintah Allah adalah wujud cinta kepada-Nya meskipun risikonya harus kehilangan anak tersayang. Walhasil, keputusan telah dibuat meskipun terasa berat, perintah tetap ha rus dijalankan. Tanpa pikir panjang lagi, Nabi Ibrahim segera bersiap-siap. Barang-barang telah ia kemas. Berangkalah Nabi Ibrahim menuju makkah. Dan perjalanan kali ini jauh lebih berat.
Kedatangan Nabi Ibrahim disambut hangat. masing-masing melepas rindu. Sekian lama tak bertemu. Ketiganya kemudian mengobrol. Berbagi cerita dan pengalaman. Sesekali gelak tawa terdengar. Tiba saamya Nabi Ibrahim pada pokok persoalan. la harus memberi tahu lsma’il bahwa kedatangannya bukan tanpa maksud. la membawa perintah Allah.
Kerongkongan Nabi lbrahim terasa kering. Lidahnya terasa kelu. Tak tahu harus berkata kepada putranya. “Ayah bermimpi. Dalam mimpi itu, ayah mendapat perintah. Allah menyuruh Ayah menyembelih Ananda. Bagaimana pendapat Ananda?”ungkap Ibrahim. Suaranya nyaris tak terdengar.
Isma’il tampak tenang. la tidak terkejut mendengar hal itu. Sungguh Ismail seorang anak yang saleh. Anak yang yang selalu berbakti kepada orangtua. “Ayah, laksanakan saja perintah Allah itu. Ananda siap, kok,” katanya mantap. Isma’il tak ragu sedikit pun. Nabi Ibrahim sangat terharu. Isma’il benar-benar anak yang patuh.
“Namun,”’ lanjut lsma’il, “Ananda punya beberapa permintaan. Pertama, mohon Ayah mengikat Ananda kuat-kuat maksudnya, supaya Ananda tidak banyak bergerak. Dengan begitu, Ayah tidak akan mengalami kesulitan. Kedua, pakaian Ananda mohon dibuka. maksudnya, supaya ibunda tidak ber-sedih bila melihamya. Ketiga, tolong pedang Ayah ditajamkan. maksudnya, supaya penyembelihan berjalan cepat Dengan begitu, rasa sakit Ananda bisa segera hilang. Terakhir, sampaikanlah salam bakti Ananda kepada ibu. Tolong Ayah berikan pakaian ini kepadanya. mudah-mudahan ibu sedikit terhibur.”
Lidah Nabi Ibrahim terasa kelu. Tak sepatah kata pun keluar dari mulumya. Dipeluknya lsma’il. Diciuminya kedua pipi sang anak.
“Aaayah … sangat bahagia. Aaayah … sangat bangga. Ananda sangat berbakti kepada orangtua. Begitu tulus
Ananda menjalankan perintah Allah,” suara Nabi Ibrahim terbata-bata.
Saat penyembelihan segera tiba. Kedua tangan lsma’il telah diikat Pun kedua kakinya. Tubuh Isma’il sudah telentang. Pedang sudah di tangan. mata Nabi Ibrahim berkaca-kaca. Tak kuasa menahan kesedihan. matanya bergantian menatap. Kadang kepada sang anak. Kadang kepada pedang mengkilat yang ada di tangan.
Kedua mata Nabi Ibrahim terpejam.
Pedang sudah diangkat. Akan tetapi, saat tangan bergerak, tiba-tiba terdengar suara.
Hai, lbrahim, Engkau lulus. Engkau berhasil menunaikan Ujian ini. Kami akan mengganti pengurbanan lsma’il ini dengan domba yang gemuk.
Nabi Ibrahim terkejut bukan main. Dilihamya, lsma’il masih hidup. Dan kini, pedang itu menempel di leher seekor domba. la sangat bersyukur. Ujian telah berlalu. Perjuangan tidak sia-sia. Ketaatan terbayar seketika. Seekor domba gemuk ada di depan mata.
Begitulah Isma’il. Seorang anak saleh yang berbakti. Sedikit pun tak ragu menjalankan perintah Allah. Ketaatan dan kesabarannya sudah teruji.

—oOo—
Read More..

No comments:

Post a Comment